BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluruh seluk-beluk
kehidupan mikroorganisme. Peranan mikroorganisme sudah sejak lama diketahui
disegala aspek kehidupan manusia antara lain di pertanian, perikanan,
kesehatan, farmasi, dan lain-lain. Hingga saat ini ilmu tersebut telah memberi warna wawasan dan
cakrawala baru bagi kehidupan terutama dalam perkembangan bioteknologi modern
yang melibatkan ilmu mikrobiologi.
Fungi atau cendawan adalah mikroorganisme heterotrofik,
mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit.
Saprofit menghancurkan sisa – sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,
menguraikannya menjadi zat – zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian
dikembalikan ke dalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi
mereka dapat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan
kita bilamana mereka membusukkan kayu, makanan, dan bahan – bahan lainnya.
Banyak kapang dan jamur ini digunakan dalam
industri fermentasi, seperti pembuatan asam-asam organik, pembuatan
antibiotika, pembuatan alkohol dan lain sebagainya. Beberapa kapang dan jamur
yang digunakan untuk memberi rasa bagi keju yang baik, pembuatan bir, minuman
anggur, peragian adonan, dan produksi antibiotika seperti penisilin.
Pada umumnya bahan – bahan yang berasal dari alam mudah
untuk ditumbuhi jamur atau cendawan, misalnya pada buah – buahan. Jamur atau
cendawan tersebut biasanya akan mengakibatkan rusaknya bahan – bahan tersebut.
Untuk mengetahui nama genus dan spesies suatu biakan
mikroorganisme, maka perlu dilakukan identifiksi, dimana untuk melakukan
identifikasi terlebih dahulu dilakukan pengenalan terhadap ciri – ciri
morfologi mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik
secara makroskopik maupun mikroskopik secara langsung maupun tidak langsung.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana bentuk dan jenis jamur yang
terdapat pada suatu sampel kayu?
2.
Bagaimana bentuk anatomi, morfologi,
dan jamur murni dari Rhizopus oligarpus ?
C.
Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami morfolgi
kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik langsung maupun mikroskopik
tidak langsung.
D. Tujuan Percobaan
Untuk mengamati morfologi jamur
murni dari Rhizopus
oligarpus dan pada sampel kayu secara makroskopik, mikroskopik langsung
maupun mikroskopik tidak langsung.
E. Manfaat Percobaan
Manfaat dilakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
bentuk-betuk dari jamur, kapang dan khmir yang tumbuh pada suatu sampel.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Di dalam dunia
mikrobia, jamur termasuk divisio Mycota (fungi). Mycota berasal dari kata mykes
(bahasa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada beberapa istilah yang
dikenal untuk menyebut jamur, (a) mushroom yaitu jamur yang dapat menghasilkan
badan buah besar, termasuk jamur yang dapat dimakan, (b) mold yaitu jamur yang
berbentuk seperti benang-benang, dan (c) khamir yaitu jamur bersel satu. Jamur
merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal, multiseluler
atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun dari
khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat
khemoorganoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik.
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat
hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau
bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan
manusia (sri sumarsih, 2003)
Kapang
atau jamur termasuk golongan Eymycetes
atau fungi sejati yang terdiri atas empat kalis, yaitu Phycomycetes, Asomycetes,Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
Identifikasi kapang atau jamur dapat dilakukan berdasarkan atas sifat-sifat
morfologinya. Berdasarkan atas pengamatan secara mikroskopik, maka kapang atau
jamur dapat ditentukan sampai genusnya atau kadang-kadang dapat ditentukan
sampai spesiesnya ( Natsir, 2008)
Penyebaran
jamur atau kapang dialam sangat luas, jamur terdapat dalam tanah, pada
buah-buahan, dalam air, air lait, bahan organik, bahan makanan, sebagai
saprofit dan ada yang bersifat parasit pada tanaman dan manusia. Spora
beterbangan diudara, spora tesebut akan berkecambah menjadi sel vegetatif, jika
jatuh pada tempat yang memungkinkan untuk idup. Sedagkan jamur yang hidup pada
air mempunyai suatu alat perkembangbiakan yang dapat aktif bergerak (Djide,
2008)
Pada
kapang, tubuh kapang (thallus) dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan
spora. Miseliummerupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian
dari hifa yang berfungsi untuk mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif.
Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi disebut hifa
reproduktif atau hifa udara (aerial hypha) karena pemanjangannya mencapai
bagian atas permukaan mediatempat fungi ditumbuhkan (Sylvia, 2008)
Terdapat 3 macam morfologi hifa, yaitu :
1.
Aseptat (Coenocytic hypha), yaitu hifa yang memiliki
dinding sekat (septa)
2.
Septat hifa (hifa bersekat) dengan sel-sel uninukleat.
Septa membagi hifa enjadi ruang-ruang berisi 1 inti dan pada tiap sekat
terdapat pori-pori yang memungkinkan berpindahnya inti dan sitoplasma dari satu
ruang keruag lainnya.
3.
Septa dengan ruang-ruang yang berisi lebih dari satu inti
(multinukleat)
(Sylvia, 2008)
Khamir
adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa genara adalah yang
membentuk miselium dengan percabangan. Khamir hidupnya sebagai sporofit dan ada
beberapa yang parasitik. Penyebaran khamir luas dialam, tetapi tidak seluas
daerah penyebaran bakteri. Pada umumnya khamir terdapat dipermukaan
buah-buahan, didalam debu, ditanah-tanah perkebunan buah-buahan, daun dari
beberapa tanaman, nktar bunga-bungaan, dipermukaan dan didalam tubuh serangga,
didalam cairan yang mengandung gula misalnya cairan buah, madu, sirup, dll
(Zaraswati, 2004)
Ada
beberapa bentuk dari kamir, mulai dari betuk bulat (spherpoid), elips atau
bulat telur, bentuk batang atau silindris, seperti buah jeruk, sosis, dan
lain-lain (Djide, 2008)
Ukuran
sel khamir berkisar antara 1-9 mikron kali 2-20 mikron, tergantung spesiesnya.
Khamir mempunyai flagella sehingga tidak dapat melakukan gerakan aktif. Khamir
dapat melakukan perkembangbiakan dengan cara “budding”, pembelahan, pembentukan
sel aseksual, konyugasi atau reproduksi seksual dan secara partenogenesis.
Tetapi yang paling sering terjadi adalah
dengan cara bertunas atau buding (Natsir, 2008)
B. Uraian Bahan
atau Sampel
1.
Air suling (Dirjen
POM, 1979)
1Nama resmi : Aqua
Destillata.
Nama lain : Air
suling/aquades.
RM/BM : H2O/18,02.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2.
Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama
resmi : Aethanolum.
Nama
lain : Etanol/Alkohol.
Pemerian
: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak;
bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala
api.
Kegunaan : Sebagai
pencuci.
3.
Gliserol (Dirjen
POM, 1979)
Nama resmi : Glyserolum
Nama lain : Gliserol, gliserin.
BM / BM : 92,10 / C3H8O3
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat.
Kelarutan : Dapat
bercampur dengan air, dengan etanol (95%) p, praktis tidak larut dalam
kloroform p dan dalam eter p dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pemberi kelembaban
4. Asam tartrat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Tartrat acid
Sinonim : Asam tartrat
RM : C4H6O6
Rumus Struktur :
COOH
H – C – OH
OH –
C – H
COOH
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih , tidak
berbau, rasa sangat asam
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat pemberi suasana asam.
5. Metylen
Blue (Dirjen POM, 1979)
Nama
resmi : Metylen blue
Sinomin : Biru Metil
RM / BM : C37H27N3Na2O9S3
/ 799,80
Pemerian : Serbuk biru gelap
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai pewarna
6.
Laktofenol (DirJen.POM,
1995)
Larutan 20 g fenol
P dalam campuran 20 g asam laktat P, 40 g gliserin P dan 20 ml air.
7.
Kayu berjamur
C. Uraian Mikroba Uji
1. Rhizopus oligarpus (Dwidjoseputro,1998)
a. Klasifikasi
Regnum : Protista
Divisio : Thallophyta
Sub division : Fungi
Class : Phycomycetes
Ordo : Zygomycetes
Famili : Mucorraceae
Genus : Rhizopus
Spesies : Rhizopus oligarpus
b. Morfologi (http://tamoy.com/list/morfologi-rhizopus-oligosporus)
Rhizopus Oligorpus, yaitu jamur yang
digunakkan membuat tempe. Hifa adalah benang-benang penyusun tubuh jamur.
Sebagai anggota Zygomycota, Rhizopus Oligarpus dapat berkembangbiak secara aseksual atau secara seksual.
Reproduksi aseksual terjadi dengan cara membentuk spora didalam sporangium yang
terletak diujung-diujung hifa. Sporangium ditunjang oleh sporangiofor. Sebagai
anggota Zygomycota, Rhizopus Oligarpus dapat berkembangbiak secara aseksual atau secara seksual.
Reproduksi aseksual terjadi dengan cara membentuk spora didalam sporangium yang
terletak diujung-diujung hifa. Sporangium ditunjang oleh sporangiofor.
BAB
III
KAJIAN
PRAKTIKUM
A. Alat yang Dipakai
Alat-alat yang dipakai yaitu Batang V, Botol pengencer, Cawan
petri, Deck gelas, Erlenmeyer, Enkas, Gelas piala, Gelas ukur, Inkubator, Jarum preparat, kertas saring, kamera, Lampu
spirtus, Mikroskop listrik, Objeck
gelas, Ose bulat, Pinset, Pipet tetes, Rak tabung, Spoit, Tabung reaksi
B. Bahan yang
Digunakan
Adapun
bahan yang digunakan yaitu Alkohol, Aluminium foil, Asam tatrat, Metilen blue, Gliserol, Medium PDA (Potato Dextrosa Agar), Rhizopus Oligarpus, kayu berjamur, Kapas, Tissue.
C. Cara Kerja
a. Secara Makroskopik
1. Metode Gores
a.
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Diambil 10 ml
medium PDA ( Potato Dextrosa Agar) yang telah disuspensikan dengan 3 tetes
asam tartrat dan dimasukkan dalam cawan petri steril (dilakukan secara
aseptis), dibiarkan memadat.
c. Kemudian diambil 1 ose biakan jamur ( Rhizopus Oligarpus
) dengan menggunakan ose bulat yang
telah dipaparkan terlebih dahulu. kemudian digoreskan dalam medium ( Potato
Dextrosa Agar) yang telah disuspensikan dengan asam tartrat.
d. Diinkubasi selama 3 - 5 x 24 jam pada suhu
kamar.
e. Diamati dan digambar meliputi bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, radial furrow, growing zone, zonation, exsudate drops, dan reverse
of colony.
f.
Dilakukan
hal yang sama untuk sampel kayu berjamur.
2. Metode Tuang
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Dibuat suspensi jamur Rhizopus Oligorpus dengan menambahakan air steril sebanyak 1 ml
c. Dimasukkan suspensi jamur Rhizopus Oligorpus ke dalam cawan petri kemudian diisikan dengan medium PDA sebanyak 10 ml.
d. Diinkubasi
selama 3 x 24 jam pada suhu kamar.
e. Diamati
dan digambar meliputi bentuk
permukaan, warna koloni, bau khas, radial furrow, growing zone, zonation, exsudate
drops, dan everse of colony.
f. Dilakukan hal yang sama pada sampel kayu berjamur.
b. Secara Mikroskopik
1. mikroskopik secara langsung
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Gelas objek dan dek gelas dibilas dengan alcohol 70 %.
c. Diambil jamur Rhizopus Oligorpus dengan
menggunakan ose bulat, lalu diletakkan diatas objek gelas.
d. Setelah itu diambil 1 tetes metilen blue dan diteteskan di
atas sampel.
e. Preparat ditutup dengan deck gelas.
f. Diamati morfologi melalui mikroskop ( dimulai dari
perbesaran terkecil) meliputi Miselium, Konidia, Konidiofor, Spora, Kolumela, Metula, Fialid, Vesikel, Rhizoid, Sporongiofor, dan Sporangium
g. Digambar
hasil pengamatan.
h. Dilakukan hal yang sama untuk jamur kayu.
2.
Mikroskopik Secara tidak langsung ( Slide Culture ).
a.
Disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan
b.
Diletakkan kertas saring
didasar cawan Petri, kemudian diletakkan batang V ditengah-tengahnya yang
terbuat dari aluminium foil.
c.
Diatas batang V diletakkan
objek dan deck gelas.
d.
Disterilkan dengan menggunakan oven
e.
Dimasukkan 1 tetes medium PDA
(Potato Dextrose Agar) yang telah disuspensikan dengan 1 tetes asam tartrat
ditengah-tengah objek gelas.
f.
Setelah itu dimasukkan 1 ose
biakkan jamur dan ditutup dengan deck gelas.
g. Diteteskan
gliserol 10 % pada ketas saring
h. Cawan
Petri ditutup.
i.
Diinkubasi selama 3 – 5 x 24
jam pada suhu kamar yaitu didalam enkas.
j.
Diamati morfologi melalui mikroskop
( dimulai dari perbesaran terkecil) meliputi Miselium, Konidia, Konidiofor, Spora, Kolumela, Metula, Fialid, Vesikel, Rhizoid, Sporongiofor, Sporangium
k.
Dilakukan
hal yang sama untuk jamur kayu.
BAB IV
KAJIAN HASIL
PRAKTIKUM
A. Hasil Praktikum
2. Tabel pengamatan
pengamatan
|
Jamur murni
|
peniciliin
|
mucor
|
raccharamytes
|
Rhizopus oligarpus
|
Tuang
|
gores
|
tuang
|
gores
|
Tuang
|
Gores
|
Tuang
|
Gores
|
Bentuk
permukaan
|
Kapas
|
mengulung
|
kapas
|
menggunung
|
bludru
|
bludru
|
Seperti
kapas
|
kapas
|
Warna
koloni
|
Krem, hijau, jingga, biru
|
Putih,krem
|
Hitam, kuning, hijau, biru
|
Hijau
lumut, kuning
|
hijau
|
Hijau
tua
|
hijau
|
Hijau tua
|
Bau
khas
|
khas
|
khas
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
Radial
furrow
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
Growing
zone
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
Zonation
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
Exudate
drops
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Reverse
of colony
|
2 lapis
|
1 lapis
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
pengamatan
|
Jamur dari sampel
|
telur
|
songkolo
|
bolu
|
kayu
|
Tuang
|
gores
|
tuang
|
gores
|
Tuang
|
Gores
|
Tuang
|
Gores
|
Bentuk
permukaan
|
bludru
|
bludru
|
Mengulung
kapas
|
kapas
|
bludru
|
bludru
|
Seperti
kapas
|
Seperti kapas
|
Warna
koloni
|
hijau
|
hijau
|
hijau,
hitam, kuning
|
hitam
|
hijau
|
Hijau
tua
|
hijau
|
Hitam
tua
|
Bau
khas
|
khas
|
khas
|
+
|
+
|
-
|
khas
|
+
|
+
|
Radial
furrow
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Growing
zone
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
Zonation
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Exudate
drops
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
Reverse
of colony
|
1 lapis
|
2 lapis
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
B. Pembahassan
Kapang adalah fungi yang
berbentuk benang multiseluler tidak berklorofil dan belum mempunyai
diferensiasi dalam jaringannya. Khamir adalah fungi yang bersel satu atau
uniseluler ada beberapa diantaranya bersifat miselium dengan percabangan.
Perbedaan utama dari kapang dan khamir adalah
khamir merupakan sel tunggal (Uniseluler) sedangkan kapang bersel ganda
(Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang mempunyai filamen yang berbentuk
benang dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan, apabila organisme tersebut
merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium lainnya.
Dari
percobaan dengan metode slide culture dari beberapa sampel yaitu Rhizopus Oligarpus, Pada percobaan ini
digunakan beberapa larutan kimia, yaitu asam tatrat 1% digunakan untuk
memberikan suasana asam, karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam, sedangkan
maksud dari penambahan gliserol pada kertas saring yaitu untuk memberikan kelembapan pada cawan petri
dimana fungi ditumbuhkan. Penggunaan kertas saring agar gliserol yang diberikan
dapat tersimpan pada kertas saring , karena kertas saring dapat menyerap
gliserol sehingga kelembapan tetap terjaga. Digunakan batang V bertujuan agar
dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah
ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik.
Digunakan medium PDA (Potato
Dextrosa Agar) pada percobaan karena medium PDA (Potato Dextrosa Agar) merupakan medium yang sesuai dengan
pertumbuhan jamur.
Pada percobaan kapang dan khamir diinkubasi selama 3x24
jam karena jamur pertumbuhannya sangat lambat.
Untuk jamur Rhizopus
Oligarpus bentuk permukaannya seperti kapas dan memiliki titik-titik
seperti embun pada permukaannya, warna koloni hijau tidak berbau, memiliki
growingzone, zonation dan exudate drops, dengan reverse of coloni 2 lapis.
Untuk jamur sampel kayu
berjamur bentuk permukaannya seperti kapas dan memiliki titik-titik seperti
embun pada permukaannya, warna koloni hijau kebiruan, dan memiliki bau yang
busuk, memiliki radial folow, growingzone, zonation dan exudate drops, dengan reverse
of coloni 1 lapis.
Fungi
tumbuh dalam kisaran temperatur yang luas, dengan temperatur optimal berkisar
antara 22-30oC. Spesies fungi patogenik mempunyai temperatur
pertumbuhan optimal lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30-37oC.
Beberapa fungi mampu hidup pada temperatur
0oC sehingga menyebabkan kerusakan produk yang disimpan pada
penyimpanan dingin. Fungi tumbuh baik pada pH 5, lebih tahan terhadap tekanan
osmotik, sehingga dapat tumbuh baik pada kadar garam dan kadar gula yang
tinggi, dapat hidup pada substansi dengan kelembaban sangat rendah, fungi dapat
memetabolisme karbohidrat kompleks seperti lignin sehingga dapat tumbuh pada
substrat-substrat seperti dinding kamar mandi, sepatu kulit dan sampah kertas.
Beberapa jamur yang menguntungkan yaitu Volvariella volvacea (jamur merang)
berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi, Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan
makanan, yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom, Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai decomposer, Sacharomyces
cerevisae
sehari-hari dikenal sebagai ragi, berguna
untuk membuat bir, roti maupun alcohol, mampu
mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi.
Neurospora sitophila jamur
oncom, Peniciliium
noJaJum dan Penicillium chrysogenum penghasil antibiotika
penisilin, Penicillium
camemberti dan Penicillium roqueforti berguna untuk mengharumkan
keju,
Aspergillus
oryzae untuk
membuat sake dan kecap, Volvariella
volvacea jamur
merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan, dan Auricularia polytricha jamur kuping, dapat dimakan
dan sudah dibudidayakan.
Beberapa jamur yang merugikan yaitu Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan
penyakit rebah semai, Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh
organisme air, Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman
kentang, Pneumonia carinii menyebabkan penyakit
pneumonia pada paru-paru manusia, Candida sp. penyebab keputihan dan
sariawan pada manusia, Exobasidium
vexans parasit
pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh atau blister blight, Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp &.
Trichophyton sp penyebab
penyakit kurap.
Dari percobaan yang dilakukan maka diperoleh hasil dari pengamatan untuk
metode slide culture metode langsung
pada sampel murni Rhizopus Oligarpus dengan
pengamatan dibawah mikroskop tidak ditemukan bentuknya, dan untuk sampel kayu
berjamur pada pengamatan dibawah mikroskop terlihat sporangiospora, rhizoid,
dan sporangiumnya.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan maka
dapat disimpulkan bahwa :
a. Secara
mikroskopik sampel kayu berjamur memiliki sporangiospora, sporangium dan rizoid.
b. Secara makroskopik, bentuk koloni dari sampel murni Rhizopus Oligarpus
adalah bentuk permukaannya adalah seperti kapas, warna koloninya adalah hijau, tidak
memiliki bau, memiliki
titik pusat pertumbuhan, memiliki
daerah pertumbuhan, memiliki
dua lapis zonation, memiliki sedikit titik cair
pada permukaan
c. Secara makroskopik, bentuk koloni dari sampel kayu
berjamur adalah bentuk permukaannya adalah seperti kapas, warna koloninya adalah hijau kebiruan, memiliki
bau yang menyengat, memiliki
titik pusat pertumbuhan, memiliki
daerah pertumbuhan, memiliki
satu lapis zonation, memiliki sedikit titik cair
pada permukaan.
B. Saran
Sebaiknya
kepada para praktikan untuk selalu memperhatikan sampel apa yang di teliti pada
laboratorium serta kepada pihak laboratorium atau yang bertanggung jawab agar
dapat memilih sampel yang lebih variatif lagi demi lancarnya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Djide, Natsir. M, 2008. Analisis Mikrobiologi Farmasi, Universitas Hasanudin : Makassar
Djide, Natsir. M, 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi, Universitas Hasanudin : Makassar
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Dwyana, Zaraswati, dkk. 2004. Mikrobiologi Dasar Universitas
Hasanudin : makassar.
Pratiwi, Sylvia.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga : Jakarta
Rusli, 2011. Tuntunan Praktikum Mikrobiologi Farmasi.
Universits Muslim Indonesia : Makassar
Sumarsih, Sri. 2003. Mikrobiologi Dasar. UPN Vetran :
Yokyakarta
Lampiran
Potato Dekstrosa Agar (PDA)
1. Kentang 200 gram
2. Dekstrosa 10 gram
3. Agar 20 gram
4. Aquadest ad 1000 ml
Komposisi untuk pembuatan sebanyak
250 ml
1. Kentang = 250 / 1000 x 200 gram
= 50
gram
2. Dekstrosa = 250 / 1000 x 10 gram
= 2,5
gram
3. Agar = 250 / 1000 x 20 gram
= 5 gram
4. Aquadest ad 250 ml