Senin, 10 Juni 2013

Laporan Morfologi Kapang dan Khamir

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluruh seluk-beluk kehidupan mikroorganisme. Peranan mikroorganisme sudah sejak lama diketahui disegala aspek kehidupan manusia antara lain di pertanian, perikanan, kesehatan, farmasi, dan lain-lain. Hingga saat ini ilmu tersebut telah memberi warna wawasan dan cakrawala baru bagi kehidupan terutama dalam perkembangan bioteknologi modern yang melibatkan ilmu mikrobiologi.
Fungi atau cendawan adalah mikroorganisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa – sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat – zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, makanan, dan bahan – bahan lainnya.
Banyak kapang dan jamur ini digunakan dalam industri fermentasi, seperti pembuatan asam-asam organik, pembuatan antibiotika, pembuatan alkohol dan lain sebagainya. Beberapa kapang dan jamur yang digunakan untuk memberi rasa bagi keju yang baik, pembuatan bir, minuman anggur, peragian adonan, dan produksi antibiotika seperti penisilin.
Pada umumnya bahan – bahan yang berasal dari alam mudah untuk ditumbuhi jamur atau cendawan, misalnya pada buah – buahan. Jamur atau cendawan tersebut biasanya akan mengakibatkan rusaknya bahan – bahan tersebut.
Untuk mengetahui nama genus dan spesies suatu biakan mikroorganisme, maka perlu dilakukan identifiksi, dimana untuk melakukan identifikasi terlebih dahulu dilakukan pengenalan terhadap ciri – ciri morfologi mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara makroskopik maupun mikroskopik secara langsung maupun tidak langsung.
B. Rumusan Masalah
1.    Bagaimana bentuk dan jenis jamur yang terdapat pada suatu sampel kayu?
2.    Bagaimana bentuk anatomi, morfologi, dan jamur murni dari Rhizopus oligarpus ?
C. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami morfolgi kapang dan khamir secara makroskopik, mikroskopik langsung maupun mikroskopik tidak langsung.

D. Tujuan Percobaan
 Untuk mengamati morfologi jamur murni dari Rhizopus oligarpus dan pada sampel kayu secara makroskopik, mikroskopik langsung maupun mikroskopik tidak langsung.
E. Manfaat Percobaan
Manfaat dilakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bentuk-betuk dari jamur, kapang dan khmir yang tumbuh pada suatu sampel.






BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Di dalam dunia mikrobia, jamur termasuk divisio Mycota (fungi). Mycota berasal dari kata mykes (bahasa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada beberapa istilah yang dikenal untuk menyebut jamur, (a) mushroom yaitu jamur yang dapat menghasilkan badan buah besar, termasuk jamur yang dapat dimakan, (b) mold yaitu jamur yang berbentuk seperti benang-benang, dan (c) khamir yaitu jamur bersel satu. Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal, multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun dari khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat khemoorganoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik. Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia (sri sumarsih, 2003)
Kapang atau jamur termasuk golongan Eymycetes atau fungi sejati yang terdiri atas empat kalis, yaitu Phycomycetes, Asomycetes,Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Identifikasi kapang atau jamur dapat dilakukan berdasarkan atas sifat-sifat morfologinya. Berdasarkan atas pengamatan secara mikroskopik, maka kapang atau jamur dapat ditentukan sampai genusnya atau kadang-kadang dapat ditentukan sampai spesiesnya ( Natsir, 2008)
Penyebaran jamur atau kapang dialam sangat luas, jamur terdapat dalam tanah, pada buah-buahan, dalam air, air lait, bahan organik, bahan makanan, sebagai saprofit dan ada yang bersifat parasit pada tanaman dan manusia. Spora beterbangan diudara, spora tesebut akan berkecambah menjadi sel vegetatif, jika jatuh pada tempat yang memungkinkan untuk idup. Sedagkan jamur yang hidup pada air mempunyai suatu alat perkembangbiakan yang dapat aktif bergerak (Djide, 2008)
Pada kapang, tubuh kapang (thallus) dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora. Miseliummerupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi untuk mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha) karena pemanjangannya mencapai bagian atas permukaan mediatempat fungi ditumbuhkan (Sylvia, 2008)
 Terdapat 3 macam morfologi hifa, yaitu :
1.        Aseptat (Coenocytic hypha), yaitu hifa yang memiliki dinding sekat (septa)
2.        Septat hifa (hifa bersekat) dengan sel-sel uninukleat. Septa membagi hifa enjadi ruang-ruang berisi 1 inti dan pada tiap sekat terdapat pori-pori yang memungkinkan berpindahnya inti dan sitoplasma dari satu ruang keruag lainnya.
3.        Septa dengan ruang-ruang yang berisi lebih dari satu inti (multinukleat)
(Sylvia, 2008)
Khamir adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa genara adalah yang membentuk miselium dengan percabangan. Khamir hidupnya sebagai sporofit dan ada beberapa yang parasitik. Penyebaran khamir luas dialam, tetapi tidak seluas daerah penyebaran bakteri. Pada umumnya khamir terdapat dipermukaan buah-buahan, didalam debu, ditanah-tanah perkebunan buah-buahan, daun dari beberapa tanaman, nktar bunga-bungaan, dipermukaan dan didalam tubuh serangga, didalam cairan yang mengandung gula misalnya cairan buah, madu, sirup, dll (Zaraswati, 2004)
Ada beberapa bentuk dari kamir, mulai dari betuk bulat (spherpoid), elips atau bulat telur, bentuk batang atau silindris, seperti buah jeruk, sosis, dan lain-lain (Djide, 2008)
Ukuran sel khamir berkisar antara 1-9 mikron kali 2-20 mikron, tergantung spesiesnya. Khamir mempunyai flagella sehingga tidak dapat melakukan gerakan aktif. Khamir dapat melakukan perkembangbiakan dengan cara “budding”, pembelahan, pembentukan sel aseksual, konyugasi atau reproduksi seksual dan secara partenogenesis. Tetapi yang paling sering terjadi adalah  dengan cara bertunas atau buding (Natsir, 2008)

B. Uraian Bahan atau Sampel
1.        Air suling (Dirjen POM, 1979)
       1Nama resmi               :   Aqua Destillata.
        Nama lain                   :   Air suling/aquades.
       RM/BM                       :   H2O/18,02.
       Pemerian                     :   Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa.
       Penyimpanan             :   Dalam wadah tertutup baik.
       Kegunaan                   :   Sebagai pelarut.
2.    Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi       :     Aethanolum.
Nama lain          :     Etanol/Alkohol.
Pemerian           :     Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Penyimpanan   :     Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan         :     Sebagai pencuci.
3.        Gliserol (Dirjen POM, 1979)
      Nama resmi          :  Glyserolum
      Nama lain             :  Gliserol, gliserin.
      BM / BM              :  92,10 / C3H8O3
      Pemerian              :  Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat.
      Kelarutan             :  Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) p, praktis tidak larut dalam kloroform p dan dalam eter p dan dalam minyak lemak.
      Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup rapat
      Kegunaan            : Sebagai pemberi kelembaban
4.    Asam tartrat  (Dirjen POM, 1979)
      Nama resmi          : Tartrat acid
      Sinonim                :  Asam tartrat
      RM                        :  C4H6O6  
Rumus Struktur  :       COOH
                                   H – C – OH
                                 OH – C – H
                                        COOH
      Pemerian              :  Hablur tidak berwarna atau serbuk putih , tidak berbau, rasa sangat asam
      Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut   dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.
      Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup rapat
      Kegunaan            :  Sebagai zat pemberi suasana asam.
5.      Metylen Blue (Dirjen POM, 1979)
      Nama resmi             : Metylen blue
      Sinomin                   : Biru Metil
      RM / BM                 : C37H27N3Na2O9S3 / 799,80
      Pemerian                 : Serbuk biru gelap
      Kelarutan                : Larut dalam air
      Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup rapat
      Kegunaan               : Sebagai pewarna
6.      Laktofenol (DirJen.POM, 1995)
Larutan 20 g fenol P dalam campuran 20 g asam laktat P, 40 g gliserin P dan 20 ml air.
7.      Kayu berjamur
C. Uraian Mikroba Uji
1. Rhizopus oligarpus (Dwidjoseputro,1998)
a.  Klasifikasi
  Regnum          : Protista
  Divisio                        : Thallophyta
  Sub division   : Fungi
  Class                : Phycomycetes
  Ordo                : Zygomycetes
  Famili             : Mucorraceae
  Genus              : Rhizopus
Spesies                        : Rhizopus oligarpus
b.  Morfologi (http://tamoy.com/list/morfologi-rhizopus-oligosporus)
                 Rhizopus Oligorpus, yaitu jamur yang digunakkan membuat tempe. Hifa adalah benang-benang penyusun tubuh jamur. Sebagai anggota Zygomycota, Rhizopus Oligarpus dapat berkembangbiak secara aseksual atau secara seksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan cara membentuk spora didalam sporangium yang terletak diujung-diujung hifa. Sporangium ditunjang oleh sporangiofor. Sebagai anggota Zygomycota, Rhizopus Oligarpus dapat berkembangbiak secara aseksual atau secara seksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan cara membentuk spora didalam sporangium yang terletak diujung-diujung hifa. Sporangium ditunjang oleh sporangiofor.







BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A. Alat yang Dipakai
Alat-alat yang dipakai yaitu Batang V, Botol pengencer, Cawan petri, Deck gelas, Erlenmeyer, Enkas, Gelas piala, Gelas ukur, Inkubator, Jarum preparat, kertas saring, kamera, Lampu spirtus, Mikroskop listrik, Objeck gelas, Ose bulat, Pinset, Pipet tetes, Rak tabung, Spoit, Tabung reaksi
B. Bahan yang Digunakan
            Adapun bahan yang digunakan yaitu Alkohol, Aluminium foil, Asam tatrat, Metilen blue, Gliserol, Medium PDA (Potato Dextrosa Agar), Rhizopus Oligarpus,  kayu berjamur,  Kapas, Tissue.
C. Cara Kerja
a. Secara Makroskopik
1.    Metode Gores  
a.        Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b.        Diambil 10 ml medium PDA ( Potato Dextrosa Agar) yang telah disuspensikan dengan 3 tetes asam tartrat dan dimasukkan dalam cawan petri steril (dilakukan secara aseptis), dibiarkan memadat.
c.         Kemudian diambil 1 ose biakan jamur ( Rhizopus Oligarpus )  dengan menggunakan ose bulat yang telah dipaparkan terlebih dahulu. kemudian digoreskan dalam medium ( Potato Dextrosa Agar) yang telah disuspensikan dengan asam tartrat.
d.        Diinkubasi selama 3 - 5 x 24 jam pada suhu kamar.
e.         Diamati dan digambar meliputi bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, radial furrow, growing zone, zonation, exsudate drops, dan reverse of colony.
f.          Dilakukan hal yang sama untuk sampel kayu berjamur.
2. Metode Tuang
a.    Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b.   Dibuat suspensi jamur Rhizopus Oligorpus dengan menambahakan air steril sebanyak 1 ml
c.    Dimasukkan suspensi jamur Rhizopus Oligorpus ke dalam cawan petri kemudian diisikan dengan medium PDA sebanyak 10 ml.
d.   Diinkubasi selama 3 x 24 jam pada suhu kamar.
e.    Diamati dan digambar meliputi bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, radial furrow, growing zone, zonation, exsudate drops, dan everse of colony.
f. Dilakukan hal yang sama pada sampel kayu berjamur.
b. Secara Mikroskopik
     1. mikroskopik secara langsung
a.   Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.   Gelas objek dan dek gelas dibilas dengan alcohol 70 %.
c.    Diambil jamur Rhizopus Oligorpus dengan menggunakan ose bulat, lalu diletakkan diatas objek gelas.
d.   Setelah itu diambil 1 tetes metilen blue dan diteteskan di atas sampel.
e.    Preparat ditutup dengan deck gelas.
f.     Diamati morfologi melalui mikroskop ( dimulai dari perbesaran terkecil) meliputi Miselium, Konidia, Konidiofor, Spora, Kolumela, Metula, Fialid, Vesikel, Rhizoid, Sporongiofor, dan Sporangium
g.   Digambar hasil pengamatan.
h.     Dilakukan hal yang sama untuk jamur kayu.
2.  Mikroskopik Secara tidak langsung ( Slide Culture ).
a.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b.      Diletakkan kertas saring didasar cawan Petri, kemudian diletakkan batang V ditengah-tengahnya yang terbuat dari aluminium foil.   
c.       Diatas batang V diletakkan objek dan deck gelas.
d.      Disterilkan  dengan menggunakan oven 
e.       Dimasukkan 1 tetes medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang telah disuspensikan dengan 1 tetes asam tartrat ditengah-tengah objek gelas.
f.        Setelah itu dimasukkan 1 ose biakkan jamur dan ditutup dengan deck gelas.
g.      Diteteskan gliserol 10 % pada ketas saring
h.      Cawan Petri ditutup.
i.        Diinkubasi selama 3 – 5 x 24 jam pada suhu kamar yaitu didalam enkas.
j.        Diamati morfologi melalui mikroskop ( dimulai dari perbesaran terkecil) meliputi Miselium, Konidia, Konidiofor, Spora, Kolumela, Metula, Fialid, Vesikel, Rhizoid, Sporongiofor, Sporangium
k.        Dilakukan hal yang sama untuk jamur kayu.




BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A.     Hasil Praktikum

2. Tabel pengamatan
pengamatan
Jamur murni
peniciliin
mucor
raccharamytes
Rhizopus oligarpus
Tuang
gores
tuang
gores
Tuang
Gores
Tuang
Gores
Bentuk permukaan
Kapas
mengulung
kapas
menggunung
bludru
bludru
Seperti kapas
kapas
Warna koloni
Krem, hijau, jingga, biru
Putih,krem
Hitam, kuning, hijau, biru
Hijau lumut, kuning
hijau
Hijau tua
hijau
Hijau tua
Bau khas
khas
khas
+
+
-
+
-
-
Radial furrow
-
-
+
-
+
+
-
-
Growing zone
+
-
+
-
-
+
-
+
Zonation 
+
+
+
-
+
+
-
+
Exudate drops
-
-
+
-
+
+
+
+
Reverse of colony
2 lapis
1 lapis
+
-
-
+
+
+

pengamatan
Jamur dari sampel
telur
songkolo
bolu
kayu
Tuang
gores
tuang
gores
Tuang
Gores
Tuang
Gores
Bentuk permukaan
bludru
bludru
Mengulung kapas
kapas
bludru
bludru
Seperti kapas
Seperti kapas
Warna koloni
hijau
hijau
hijau, hitam, kuning
hitam
hijau
Hijau tua
hijau
Hitam tua
Bau khas
khas
khas
+
+
-
khas
+
+
Radial furrow
-
-
-
-
+
+
+
+
Growing zone
-
-
-
-
-
-
+
+
Zonation 
-
+
-
-
+
+
+
+
Exudate drops
-
-
-
-
-
-
+
+
Reverse of colony
1 lapis
2 lapis
-
-
-
+
+
+

B. Pembahassan
              Kapang adalah fungi yang berbentuk benang multiseluler tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringannya. Khamir adalah fungi yang bersel satu atau uniseluler ada beberapa diantaranya bersifat miselium dengan percabangan.
Perbedaan utama dari kapang dan khamir adalah khamir merupakan sel tunggal (Uniseluler) sedangkan kapang bersel ganda (Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang mempunyai filamen yang berbentuk benang dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan, apabila organisme tersebut merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium lainnya.
Dari percobaan dengan metode slide culture dari beberapa sampel yaitu Rhizopus Oligarpus, Pada percobaan ini digunakan beberapa larutan kimia, yaitu asam tatrat 1% digunakan untuk memberikan suasana asam, karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam, sedangkan maksud dari penambahan gliserol pada kertas saring yaitu untuk memberikan kelembapan pada cawan petri dimana fungi ditumbuhkan. Penggunaan kertas saring agar gliserol yang diberikan dapat tersimpan pada kertas saring , karena kertas saring dapat menyerap gliserol sehingga kelembapan tetap terjaga. Digunakan batang V bertujuan agar dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik.
Digunakan medium PDA (Potato Dextrosa Agar) pada percobaan karena medium PDA (Potato Dextrosa Agar) merupakan medium yang sesuai dengan pertumbuhan jamur.
Pada percobaan kapang dan khamir diinkubasi selama 3x24 jam karena jamur pertumbuhannya sangat lambat.
                 Untuk jamur Rhizopus Oligarpus bentuk permukaannya seperti kapas dan memiliki titik-titik seperti embun pada permukaannya, warna koloni hijau tidak berbau, memiliki growingzone, zonation dan exudate drops, dengan reverse of coloni 2 lapis.
                 Untuk jamur sampel kayu berjamur bentuk permukaannya seperti kapas dan memiliki titik-titik seperti embun pada permukaannya, warna koloni hijau kebiruan, dan memiliki bau yang busuk, memiliki radial folow, growingzone, zonation dan exudate drops, dengan reverse of coloni 1 lapis.
                 Fungi tumbuh dalam kisaran temperatur yang luas, dengan temperatur optimal berkisar antara 22-30oC. Spesies fungi patogenik mempunyai temperatur pertumbuhan optimal lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30-37oC. Beberapa fungi mampu hidup pada temperatur  0oC sehingga menyebabkan kerusakan produk yang disimpan pada penyimpanan dingin. Fungi tumbuh baik pada pH 5, lebih tahan terhadap tekanan osmotik, sehingga dapat tumbuh baik pada kadar garam dan kadar gula yang tinggi, dapat hidup pada substansi dengan kelembaban sangat rendah, fungi dapat memetabolisme karbohidrat kompleks seperti lignin sehingga dapat tumbuh pada substrat-substrat seperti dinding kamar mandi, sepatu kulit dan sampah kertas.
Beberapa jamur yang menguntungkan yaitu Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi, Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom, Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai decomposer, Sacharomyces cerevisae sehari-hari dikenal sebagai ragi, berguna untuk membuat bir, roti maupun alcohol, mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi. Neurospora sitophila jamur oncom, Peniciliium noJaJum dan Penicillium chrysogenum penghasil antibiotika penisilin, Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti berguna untuk mengharumkan keju, Aspergillus oryzae untuk membuat sake dan kecap, Volvariella volvacea jamur merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan, dan Auricularia polytricha jamur kuping, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan.
Beberapa jamur yang merugikan yaitu Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai, Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air, Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang, Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia, Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia, Exobasidium vexans parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh atau blister blight, Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp &. Trichophyton sp penyebab penyakit kurap.
Dari percobaan yang dilakukan maka diperoleh hasil dari pengamatan untuk metode slide culture  metode langsung pada sampel murni Rhizopus Oligarpus dengan pengamatan dibawah mikroskop tidak ditemukan bentuknya, dan untuk sampel kayu berjamur pada pengamatan dibawah mikroskop terlihat sporangiospora, rhizoid, dan sporangiumnya.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
         Dari hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Secara mikroskopik sampel kayu berjamur memiliki sporangiospora, sporangium dan rizoid.
b.   Secara makroskopik, bentuk koloni dari sampel murni Rhizopus Oligarpus adalah  bentuk permukaannya adalah seperti kapas, warna koloninya adalah hijau, tidak memiliki bau, memiliki titik pusat pertumbuhan, memiliki daerah pertumbuhan, memiliki dua lapis zonation, memiliki sedikit titik cair pada permukaan
c.   Secara makroskopik, bentuk koloni dari sampel kayu berjamur adalah bentuk permukaannya adalah seperti kapas, warna koloninya adalah hijau kebiruan, memiliki bau yang menyengat, memiliki titik pusat pertumbuhan, memiliki daerah pertumbuhan, memiliki satu lapis zonation, memiliki sedikit titik cair pada permukaan.
B. Saran
            Sebaiknya kepada para praktikan untuk selalu memperhatikan sampel apa yang di teliti pada laboratorium serta kepada pihak laboratorium atau yang bertanggung jawab agar dapat memilih sampel yang lebih variatif lagi demi lancarnya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Djide, Natsir. M, 2008. Analisis Mikrobiologi Farmasi, Universitas Hasanudin : Makassar

Djide, Natsir. M, 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi, Universitas Hasanudin : Makassar

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Dwyana, Zaraswati, dkk. 2004. Mikrobiologi Dasar Universitas Hasanudin : makassar.
Pratiwi, Sylvia.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga : Jakarta
Rusli, 2011. Tuntunan Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Universits Muslim Indonesia : Makassar

Sumarsih, Sri. 2003. Mikrobiologi Dasar. UPN Vetran : Yokyakarta


Lampiran
            Potato Dekstrosa Agar (PDA)
1.   Kentang                       200 gram
2.   Dekstrosa                     10 gram
3.   Agar                              20 gram
4.   Aquadest                      ad 1000 ml
            Komposisi untuk pembuatan sebanyak 250 ml
1.   Kentang                       = 250 / 1000 x 200 gram
 =  50 gram
2.   Dekstrosa                     =  250 / 1000 x 10 gram
 =  2,5 gram
3.   Agar                              =  250 / 1000 x 20 gram
  =              5 gram
4.   Aquadest                      ad  250 ml


  

Tidak ada komentar :

Posting Komentar