Senin, 10 Juni 2013

Laporan Farmakognosi 1

LAPORAN LENGKAP
PRAKTEK KERJA LAPANGAN FARMAKOGNOSI I

PEMERIKSAAN SIMPLISIA PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L) DAN
ETNOFARMASI TANAMAN OBAT ASAL DESA BULUKUNYI KECAMATAN POL- SEL KABUPATEN TAKALAR
 PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Tanaman merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan ekosistem. Dilihat dari hasilnya, tanaman atau tumbuhan merupakan sumber kebutuhan kita baik sandang, pangan maupun pangan. Kita dapat makan yang merupakan sumber energi karena ada tanaman. Kita dapat bernafas dengan baik dengan menghirup oksigen karena ada yang merupakan hasil reaksi fotosintesis karena ada tanaman. Kita juga dapat meminum air bersih dikarenakan jasa tumbuhan yang menyimpan cadangan air melalui akar-akarnya yang itu semua merupakan hasil aktifitas menanam.
Dalam al-Quran, manusia diciptakan oleh Allah swt.sebagai khalifatu fil ardl yang bertugas untuk memakmurkan bumi (QS: 11:61). Salah satu upaya pemakmuran bumi Allah ini adalah melalui aktifitas menanam. Dengan adanya aktifitas menanam, bumi akan menjadi indah, rimbun, makmur dan sejahtera. Dalam bahasa al-Quran, bumi indah dan rimbun yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan dengan kata jannah (taman). Kata jannah sendiri seakar dengan kata Junnah (perisai), Jinnah / Jaan (salah satu nama makhluk Allah swt). Walaupun antara ketiga kata tersebut terdapat perbedaan penyebutan, namun secara substansial memiliki irisan makna yaitu sesuatu yang tersembunyi dan melindungi.Taman atau kebun merupakan tempat berlindung berbagai organisme dari teriknya matahari melalui rimbunnya pepohonan.
(http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanamanobat/)
Salah satu ilmu yang memepelajari khusus tanaman-tanaman yang telah berdiri sendiri sebagai tanaman yang berkhasiat dalam pengobatan dimana tanaman ini merupakan simplisia. Ilmu farmakognosi menguraikan tentang pemeriksaan simplisia nabati dan identifikasi tumbuhan obat berdasarkan kandungan kimianya, bentuk dan simplisianya, baik makroskopik maupun mikroskopiknya serta inventarisasi tanaman obat yang kerap kali digunakan masyarakat dalam mengobati suatu penyakit. Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak jenis tumbuhan memiliki khasiat sebagai obat. Namun, sebagian besar dari tumbuhan obat itu banyak yang tidak diketahui oleh manusia sehingga tidak terawat dengan baik.
Tumbuhan semusim atau tanaman semusim merupakan istilah agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam pengertian botani, pengertiannya agak diperlonggar menjadi tumbuhan yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang setahun.Istilah dalam bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang dimaksud "satu musim" adalah satu tahap dalam setahun.Bagi pertanian di daerah beriklim sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah apabila tanaman yang dimaksud tidak perlu mengalami musim dingin bagi pembungaannya vernalisa.
Sejumlah tumbuhan dari daerah beriklim sedang atau tumbuhan gurun memiliki perilaku musiman yang sangat ekstrem. Mereka menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam waktu sangat singkat (4 hingga 8 minggu). Tumbuhan seperti narsisus yang dikenal sebagai spring plants (tumbuhan musim semi), mengeluarkan daun di akhir musim dingin  (musim salju) lalu berbunga dan kemudian layu kembali hanya dalam waktu sekitar 3 bulan, untuk kemudian kembali beristirahat dalam bentuk umbi  Perilaku musiman ini diatur secara hormonal dan dipengaruhi oleh suhu udara, panjang hari, serta ketersediaanair di tanah (Hariana, Arief., 2006)
            Dalam rantai makanan, tumbuhan juga menempati posisi produsen yang menjadi makanan bagi tingkatan konsumen selanjutnya.Tanaman juga menjadi penyimpan energi terbesar dalam peristiwa aliran energi dari produsen ke konsumen. Hal ini dikarenakan tumbuhan merupakan organisme autotrof yang bisa membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari.
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi berak darah adalah Patikan Kebo (Euphorbia hirta L). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa patikan kebo dapat meminimalkan perdarahan yang terjadi akibat infeksi Eimeria tenella. Hal ini diduga karena tanaman ini mengandung beberapa zat aktif yang berperan untuk meminimalisir perdarahan. Zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya antara lain: flavanoida, tannin, beta amiris, asam elogik, querstrim, diterpenoida dan triterpenoida. Flavanoida dapat menurunkan permiabilitas kapiler darah, sehingga kerusakan kapiler darah dapat dicegah atau dapat diperbaiki, dan nutrisi dan oksigen (untuk menunjang kesembuhan) dapat disuplai melalui kapiler tersebut. Selain itu, flavanoid yang antithrombik dapat membentuk sumbat thrombosit, sehingga dapat menutup robekan kecil pada pembuluh darah. Sedang tannin berkhasiat sebagai antiseptik (mencegah pertumbuhan bakteri) dan hemostatik.
            Sementara itu, asam elogik juga dapat mengontrol kerusakan kapiler dan berperan dalam proses pembekuan darah. Sedang diterpenoida dan triterpenoida berkhasiat sebagai anti radang (anti inflamasi). Pada kasus berak darah ini, biasanya disertai gejala diare yang disertai dengan dehidrasi. Dengan pemberian patikan kebo ini, maka gejala tersebut dapat diatasi karena tanaman ini mengandung quersitrin yang dapat memperlemah kontraksi usus, tetapi tidak mengubah transpor cairan di dalam mukosa usus. .(
http://bahan-alam.fa.itb.ac.id)
Dari informasi yang diperoleh, maka hal inilah yang melatar belakangi penelitian untuk tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia Hirta).
1.2 Rumusan Masalah
                 Bagaimana cara pemeriksaan farmakognostik meliputi pemeriksaan morfologi, anatomi, organoleptik dan identifikasi kandungan kimia tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L).


1.3 Tujuan Penelitian
                  Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk melakukan pemeriksaan farmakognostik meliputi pemeriksaan morfologi, anatomi, organoleptik dan identifikasi kandungan kimia dari tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L).
1.4 Manfaat Penelitian
                 Manfaat Penelitian ini yaitu dapat melengkapi data ilmiah dari tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) Sebagai  obat tradisioal.
1.5 Kontribusi Penelitian bagi IPTEK
Memberikan tambahan referensi mengenai data identifikasi farmakognostik tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) dalam rangka pengembangan tanaman obat tradisional.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman
        2.1.1 Sistematika Tanaman Patika Kebo (Euphorbia hirta L).
Klasifikasi
Kingdom        : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi              : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas              : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas     : Rosidae
Ordo               : Euphorbiales
Famili             :
Euphorbiaceae
Genus                        :
Euphorbia
Spesies          : Euphorbia hirta L.
Sinonim         : Euphorbia pilulifera L, Euphorbia capita Lamk.
2.1.2 Nama Daerah Tanaman
Jawa               : Patikan Kebo, Kukon-kukon      
Sumatra         : Daun biji kacang
Sunda            : Nanangkaaan                               
Jakarta            : Gondong anak
Maluku           : Sosononga                                    
Ternate           : Isu ma ibi    
Melayu           : Gelang Susu                                 
Tidore             : Isu gibi
Philiphina     : Gatas-gatas                        
China             :Da fey yang cao
2.1.3 Morfologi Tanaman
Patikan kebo (Euphorbia hirta) berbatang lunak, beruas, berbulu, dan bergetah putih. Warna batangnya adalah hijau kecoklatan. Daunnya berbentuk jorong meruncing, tepinya bergerigi. Daunnya berbulu di permukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50mm dan lebarnya 25mm. Daunnya yang gampang rapuh berwarna  hijau atau hijau kelabu. Tumbuhan patikan kerbau mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang biak melalui biji. Patikan kerbau mempunyai warna dominan kecoklatan dan bergetah. Banyak pohonya memiliki cabang dengan diameter ukuran kecil. Daun Patikan kerbau mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-taji. Letak daun yang satu dengan yang lain berhadap-hadapan. Sedang bunganya muncul pada ketiak daun. Patikan kerbau hidupnya merambat (merayap) di tanah. (Ketut Ari Widiasih, 2007)

2.1.4 Anatomi Tanaman
a. Batang
sel epidermis berwarna kekuningan, kutikula berbintik, pada epidermis terdapat banyak rambut, rambut dapat dibedakan atas 2 tipe. Rambut pada tipe pertama berwarna uning sampai kuning kecoklatan, bentuk kerucut, terdiri dari 2 sel sampai 12 sel, dinding tebal, kutikula kasar, elas berbintik. Rambut tipe kedua tidak berwarna, bentuk kerucut melengkung, terdiri dari 2 sel sampai 7 sel dinding lebih tipis, kutikula berbintik halus; pangkal rambut tipe pertama 3-6 lembar pangkal rambut kedua. Korteks parenkimati; saluran getah tersebar dalam jaringan korteks dan floem; berkas pembuluh kolateral; xylem tersusun dalam satu lingkaran, pembuluh kayu bergaris tengah lebih kurang 30 μm disebelah luar floem terdapat serabut parisikel. Pada batang yang lebih tua jaringan parenkim empelur terkoyak.
b. Akar
Dibawah epidermis terdapat beberapa llapis sel gabus yang dengan penambahan larutan sudan III berwarna merah; hamper dibagian pertengahan dari akar terdapat 4 sampai 5 ikatan xylem dan floem.pada parenkim korteks floem dan empelur terdapat saluran getah.
c. Daun
epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel-sel besar, pada pandangan tangensial tampak dinding samping ergelmbang. Stomata tipe nomositik (Ranunculaceae). Jarigan palisade terdiri dari 1 lapis sel yang tidak sama tinggi.berkas pembuluh tipe kolateral, terdapat dibawah jaringan palisadedan diantara jaringan bunga karang, berkas pembuluh jelas dikelilingi leh suatu seludang yang terdiri dari 1 lapis sel besar berdinding tipis dan berisi butir hijau dain. Epidermis bawah berpenonjolan berupa papil pada penempang tangensial berbentuk polygonal dengan dinding samping lurus, kutikula tipis. (Ditjen.POM, 1995).
2.1.5  Kandungan Kimia Tanaman
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui, antara lain  : Flavonoid, glilcosida, sterol, eufosterol, jambulol, asam melisat, asam forbat, alkaloid, gula, dan tanin.
2.1.6  Kegunaan Tanaman
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai daerah dan negara, tanaman ini untuk keseluruhan tanaman  bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
1. Asma.                                 7. Radang ginjal
2. Batuk.                                8. Radang usus.
3. Bronkhitis.                         9. Eksem (obat luar).
4. Disentri amuba.               10. Gatat (obat luar).
5. Herpes zoster.                  11. Sakit tenggorokan
6. Pelancar ASI (obat luar)
2.1.7   Bioaktifitas Tanaman
Ekstrak air Euphorbia hirta L. yang telah dibebaskan dari senyawa lipofilik mem-punyai efek analgetik pada susunan syaraf pusat dan mempunyai efek sedatif (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). Di samping itu ekstrak air bebas senyawa lipofil mempunyai efek pula sebagai penurun panas, yang diakibatkan karena yeast (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). Pada takaran 20-25 mg/kg secara intra peritoneal dan berefek antiradang yang ditimbulkan karena carrageenan dengan takaran 100 mg/kg.
Ekstrak air bebas senyawa lipofil mempunyai potensi terhadap Entamorba histolytica dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif (Staphyllococcus aureus, S.faecalis, S.dysentriae, Salmonella typhi, Pseudo-monas aeruginosa, Entamuba). Ekstrak batang mempunyai potensi lebih besar dari pada ekstrak bagian lain terhadap bakteri.          
(http://lansida.blogspot.com/2010/07/patikan-kebo-euphorbia-hirta-l.html)
Ekstraksi dilakukan secara sinambung dengan pelarut n-heksan dan etanol dengan cara perkolasi. Untuk memisahkan komponen-komponen ekstrak n-heksan dan etanol secara KLT digunakan pengembang n-heksan-etil asetat (7:3), deteksi dengan lampu UV 254 nm dan 365 nm, serta asam sulfat pekat 10% dalam metanol.
            Fraksinasi ekstrak n-heksan dilakukan secara KCV dengan eluen campuran pelarut landaian terdiri dari n-heksan-etil asetat. Hasil fraksinasi dipantau dengan KLT dengan pengembang n-heksan-etil asetat. Pemisahan lebih lanjut dilakukan dengan kromatotron menggunakan pengembang n-heksan dan n-heksan-etil asetat, dan selanjutnya isolatnya dianalisis dengan spectrometer.
            Fraksinasi ekstrak etanol dilakukan dengan ECC berturut-turut dengan pelarut n-heksana, eter, kloroform, etil asetat dan n-butanol. Pemisahan lebih lanjut dilakukan dengan membiarkan fraksi selama beberapa hari hingga terbentuk endapan, cuci endapan dengan pelarut aseton dan methanol. Dari ekstrak n-heksan diisolasi dan diidentifikasi senyawa kimia golongan triterpenoid dengan rangka kolestan. Dari ekstrak etil asetat diperoleh dua senyawa flavonoid turunan kuersetin dengan substituen belum diketahui dan salah satu adalah senyawa glikosida dengan ikatan glikosidik pada posisi-5. Dari ekstrak etil asetat, diperoleh juga senyawa xanton yang mengandung gugus hidroksi, metoksi atau asetat yang jumlah dan posisinya belum jelas. (
http://bahan-alam.fa.itb.ac.id)
2.2  Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.1 Pengertian dan Sejarah Farmakognosi
Istilah farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A  Seydler (1815), seorang peneliti kedoteran di Haale Jerman, dalam disertasinya berjudul Analecta Pharmakognostca. Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, phramacon yang artinya ”obat” (ditulis dengan tanda petik karena obat di sini maksudnya adalah obat alami, bukan obat sintetis) gnosis yng artinya pengetahuan. Jadi farmakognosi adalah pengetahuan tantang obat-obatan alamiah.
Beberapa tahun sebelumnya, J.A Schmidt menggunakan istilah farmakognosi sebagai salah satu sub judul dari buku Lehrbuch der Materia Medika yang diterbitkan di Vienna tahun 1811. Ia mengartikan farmakognosi sebagai pharma (obat) dan cognitive (pengenalan) jadi farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri/ karateristik obat yang berasal dari bahan alam. Menurut Fluckiger, farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengibatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme dan mineral (Gunawan, 2004)
Sejarah farmakognosi
Pada awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah ”farmkognosi”. Oleh karenanya, mereka tidak biasa mengaitkan farmakognosi dengan bidang-bidang yang berhubungan dengan kesehatan. Padahal, farmakognosi sebenarnya menjadi mata pelajaran yanga spesifik dalam bidang kesehatan dan farmasi. Masyarakat telah mengeathui khasiat dari opium(candu), kina, kelambak penisilian, digitalis, insulin, tiroid, vaksin, polio, dan sebagainya. Namun, mereka tidak sadar bahwa yang diketahui itu adalah bidang dari farmakognosi. Mereka pun tidak mengetahui kalau bahan-bahan yang berbahaya seperti minyak jarak, biji saga (sogok telik), dan tmpe bonkrek (aflatoksin) merupakan bagian dari pembicaraan farmakognosi. Pada hakekatnya, para pengobat herbalis itulah nyata-nyata merupakan praktisi farmakognosi yang pertama.
Keberadaan farmakognosi dimulai sejak manusia pertama kali mulai mengelola penyakit, seperti menjaga kesehatan, menyembuhkan penyakit, meringankan penderitaan, menanggulangi gelaja penyakitv dan rasa sakit, serta semua yang berhubungan dengan minuman dan makanan kesehatan.Pada awalnya, farmakognosi lahir dari jampi-jampi Suku Vodoo yang tanpa disadari telah ikut menyelamatkan resep-resep rahasia tidak tertulis dari dukun dan leluhur. (Gunawan, 2004)
2.2.2 Ruang lingkup Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.2.1. Identifikasi dan Determinasi Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L)
Identifikasi
a. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna cokelat hijau.
b. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes asam klorida pekatP; terjadi warna  cokelat merah.
c. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v terjadi warna cokelat merah.
d. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v; terjadi warna cokelat merah.
e. Pada 2 mgserbuk herba tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna hijau cokelat.
f. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna biru hitam.
g. Timbang 500 mg serbuk herba, campurdengan 5 ml methanol P dan panaskan dalam tanggas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan methanol P secukupnya hingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik pertama dari lempeng KLT siliksgel GF 254 P tutulkan 20 μl filtrat, pada titik kedua tutulkan 5 μlfiltrat zat warna II LP. Eluasi dengan campuran etil asetat p – metiletil keton P – asam format P – air (50+30+10+10) dengan jarak lambat 15 cm, amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan larutan aluminium klorida 1% dalam etanol LP, amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366 nm (Ditjen.POM, 1995)
                         Determinasi tanaman
                         1b…,2b…,3b…,4b…,Euphorbiaceae
Herbarium
Herbarium adalah penyimpanan dan pengawetan tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara kering dan cara basah, sesuai dengan namanya. Herbarium kering disimpan dalam keadaan kering, sedangkan herbarium basah disimpan dalam keadaan basah dengan cairan tertentu.
                        a. Pengumpulan
Kumpulkan tanaman dari lapangan, masukkan ke dalam vasculum(trammel Botani), atau Schweinfurter blik, atau masukkan saja di antara halaman buku yang besar. Ambillah terutana bagian dari tumbuh – tumbuhan yang berbunga atau malahan yang berbuah. Buatlah sedikitnya 2 ex, yang lengkap dari tiap jenis. Bagian dari tumbuh – tumbuhan yang besar sedikitnya panjangnya 30 – 40 cm dan sedikitnya harus ada satu daun dan satu inflorescencia yang lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus masih terlalu besar. Janganlah lupa melihat bagian di bawah tanah. Sediakan buku untuk mencatat kekukhusan seperti : warna, bau, bagian dalam tanah, tinggi tempat dari permukaan laut, tempat, banyaknya tanaman tsb.
b. Cara mengeringkan
                  Di rumah, tumbuh – tumbuhan tsb dengan hati – hati di atur di antara kertas kasar dan kering, yang tidak mengkilat, misalnya kertas Koran, atau kertas pembungkus yang kuning. Letakkan di antara beberapa halaman yang dobel dan sertakan pada tiap jenis catatan yang dibuat untuk tanaman tsb. Juga biasanya dipergunakan etiket gantung yang diikatkan pada bahan tumbuh – tumbuhan, yang nomornya adalah berhubungan dengan buku catatan lapangan tsb.
c. Pengawetan
Suatu tanaman yang telah dikeringkan sedikit atau banyak adalah selalu bersifat hygroscopis, akan mudah sekali terserang jamur. Oleh karena itu, usahakanlah penyimpanan herbarium di tempat kering dan jemurlah koleksi tsb sekali – sekali di bawah sinar matahari.
d. Pembuatan herbarium.
Tempel herbarium, kalau dapat pada helaian kertas yang terlepas, sehingga kelak dapat ditempetkan menurut selera yang dikehendaki. (Amin,Asni.2010).
  2.2.2.2 Morfologi Tanaman
            Ilmu tumbuhan saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah morfologi tumbuhan mempelajari tentang susunan tubuh tumbuhan yang telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga di pisahkan menjadi morfologi luar atau morfologi in sensu strict dalam artian sempit dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari kekhususan bentuk, ukuran, dan warna yang diuji. (Dodi ahmad : 2008)
            Morfologi dri tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) yaitu terna tegak atau memanjat, tinggi 6 cm sampai 60 cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dari dekat pagkal batang dan tumbuh lurus keatas, jarang yang tumbuh mendatar dengan permukaan tanah, berwara merah atau keuguan. Daun letaknya berlawanan dan berbentuk jorong meruncing sampai tumpul, panjang helai daun 5 mm sampai 50 cm, lebar 5 mm. lebar 5 mm sampai 25 mm, tepi bergerigi, sering kali terdapatnoda yang berwarna ungu, berambut jarang; panjang tangkai daun 2 mm sampai 4 mm; daun penumpu berbentuk paku. Perbungaan berbentuk bola dengan garis tengah lebih kurang 1 cm, keluar dari ketiak daun, berganggang pendek 4 mm sampai 15 mm, berwarna dadu ucat atau merah kecoklatan. Bunga mempunyai susunan yang istimewa yaitu satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga bercabang seling,masing-masing terdiri dari empat bunga jantan, biji sangat kecil dan berambut (MMI, 1995)
2.2.2.3 Anatomi tanaman
                                     Pengetahuan tentang anatomi tumbuhan adalah ilmu yang merangkum uraian organ, susunan, bagian atau fungsi dari organ tumbuhan itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari unsur-unsur anatomi serta fragmen pengenal jaringan serbuk yang khas guna mengetahui jenis-jenis simplisia yang diuji berupa sayatan melintang, membujur, atau serbuk (Dodi ahmad : 2008).

  2.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
                                      Getah Patikan Kebo mengandung euforbon (zat yang menyebab-kan gatal-gatal pada kulit, bagi yang tidak tahan). Herba kering mengandung asam galat, quersetin, triakontan, fitosterol, fitosterolin, jambulol, melisat, gallat, palmitat, linoliat, asam oleat, asam ellagat, senyawa fenolik C28H18O15 dan eufosteriol C25H39OH. Juga dilaporkan mengandung tarakserol t.l. 275-2770C dan tarakseron t.l. 237-2380C. (Didik Gunawan, 1998 )
                                         https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixnNqTpqei-O1qOBC8otVuFMSwhXp4-upRCg6y1iVHsU5Hw7_cf2Dca7Ucw59cGhFOXu6xp1-R0ER8HxxxWLkCc6CKVJC7QGiNsseFBuCXHvQuQG3vkxjmCl5Q0xuMRoj4Y1li83gQ0ENw/s400/struk.jpg      
Xantorhamnin (7-metilquersetin-3-rhamni-nosida-C34H42O20) adalah kristal kuning t.l 1950C, larut dalam air dan alkohol, praktis tidak larut dalam eter, benzena, karbon disulfida. Ketika dipanaskan dalam larutan asam sulfat 1% selama 0,5 jam akan terurai menjadi aglikon rhamnetin dan 2 mol. L-rhamnose. Namun bila dihidrolisis dengan enzim rhamnodiastase akan terurai menjadi rhamnetin dan rhamninose. (Cat : senyawa ini juga terkandung dalam tanaman Rhamnus infectoria L.)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglk0IopypYEQhMkPzhVZ1Ja_q-YrGjbR3eTC4E7Aj_-SBPdw6uB6ZQoteA-HO8tfs-SRfH_zh8Gj2OcOXr1j2tbhAwWiEiBP1isgoehIF41tSNv4uiPJvfeYX8Nqi0lyvkYE72aijJibKb/s320/struk1.jpg
Pada jenis lain (Euphorbia peplus) ditemukan b-Sitosterol 0,1%, senyawa sterol (belum teridentifisir, 0,005% dengan jarak lebur 204-2050C), triterpenoid (belum teridentifisir 0,05%, dengan jarak lebur 280-2810C) quercetin 0,16% hyperoside 0,23% kaemferol monosakarida 0,36%.
Akar Euphorbia calyptrata ditemukan: eufol (triterpenoid), kadusifolin (diterpen laktonej), ingenol-3-heksadekanoat (diterpen), helioskopinolidas D dan E, helioskopinolidas A dan C.9) Pada jenis lain (Euphorbia sieboldiana) ditemukan golongan senyawa diterpen entatisan-3,16, 17-triol, helioskopinolida A (3-O-asetil-ent-atisan-16, 17-diol), ingenol-20-palmitat

2.2.2.5 Pemeriksaan mutu dan Standarisasi
                         Identifikasi, meliputi pemeriksaan:
a. Organoleptik, yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa bahan/simplisia.
b. Makroskopik, yaiu memuat uraian makroskopik paparan   mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan
c. Mikroskopik, yaitu membuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai:
     1) jaringan pada batang, akar, dan daun, terdiri dari:
a.  Jaringan primer (epidermis, corteks, endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat dan empelur).
b.  Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom).
c.  Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder.
                                   2) Jaringan pada daun, terdiri dari :
a.  Tipe stomata.
b.  Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut kelenjar).
                              3) Jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari :
a.  Tipe idioblas,
b.  Tipe sel sklerenkim.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam standarisasi obat fitokimia Indonesia adalah budidaya karena mempunyai kolerasi dengan kandungan zat berkhasiat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan kimia dari gandarusa. (Amin,Asni.2010)
2.3  Tinjauan Tentang Simplisia
     2.3.1 Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :1989).
  2.3.2 Penggolongan Simplisia
            Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a.    Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b.    Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
c.    Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).
2.3.3     Cara Pembuatan Simplisia
a.  Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan.  Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul.  Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan.  Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk.  Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
b.  Penanganan Pasca Panen
              Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.  Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut.  Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.  Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi  sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

c.    Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.  Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
d.    Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau  PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.  Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain.
Ø  Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll.  Proses perendaman  dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak.  Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan.  Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.
Ø  Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.  Proses penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.

Ø  Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.  Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya.  Pem-bilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme.
Ø  Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan.  Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.  Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif  yang terkandung dalam bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran  dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 - 5 mm.  Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.  Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian.  Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
e.  Pengeringan
              Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat.  Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan.  Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan.  Pada umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40 - 600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%.  Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga.  Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 - 500C.  Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi surya, dimana  suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 - 450C dengan tingkat kelembaban 32,8 - 53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung maupun oven.  Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih, ditiriskan kemudian  dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada saat penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40 - 500C.  Kelebihan dari alat ini adalah waktu  penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang, tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu pengeringan selama 3 hari. Untuk daun  atau herba, penge-ringan dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi.  Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 - 10%.  Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.
f.     Penyortiran (kering).
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya.  Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
g.    Pengemasan
  Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan.  Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.
h.  Penyimpanan
    Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi.  Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat (Berlinda dkk, 1998). Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan.  Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
a.  Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
b.  Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air hujan.
c.  Suhu gudang tidak melebihi 300C.
d.  Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
e.  Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
f.   Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia yang disimpan harus dicegah. (Anonim : 2009)
2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Dilakukan pengujian dengan cara organoleptis yaitu bau,rasa dan warna serta pengujian kandungan kimia yang terdapat pada tanaman gendola  dengan pereaksi feCl3, KOH, iodine, alkaloid,mayer bouchardat, Lieberman melihat ada tidaknya pati eleuron, tannin, saponin, lignin yang terkandung didalam tanaman Patikan Kebo tersebut.
2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi    
2.4.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
            Patikan Kebo termasuk dalam bangsa Euphorbiales. Euphorbiales meliputi terna atau tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun tunggal atau majemuk yang duduknya berhadap-hadapan, kebanyakan mempunyai daun menumpu. Bunga tanpa hiasan bunga atau dengan hiasan bunga tunggal, jarang terdapat kelopak dan mahkota, sering kali dalam bunga majemuk yang mempunyai susunan yang khusus,kebanyakan aktinomorf, hamper selalu berkelamin tunggal. Bakal buah biasanya terdiri atas 3 daun buah (jarang sekali kurang atau lebih) yang berdekatan membentuk 3 ruang,tiap ruang dengan 1-2 bakal biji.
Bangsa ini mencakup beberapa suku yang oleh sementara ahli dimasukkan dalam bangsa lain atau merupakan bangsa tersendiri. Sedangkan patikan kebo termasuk dalam suku Euphorbiaceae.
  Suku Euphorbiaceae terutama terdiri atas tumbuhan-tumbuhan berkayu, tetapi termasuk pula didalamnya terna. Karena adaptasi terhadap lingkungannya daun tunggal atau majemuk, duduknya tersebar atau berhadapan, dengan daun-daun penumpu yang serim kadang-kadang mempunyai habitus seperti Cactaceae, ada pula yang mempunyai filokladium. daun tunggal atau majemuk, duduknya tersebar atau berhadapan, dengan daun-daun penumpu yang sering kali menyerupai kelenjar-kelenjar. Bunga hampir selalu berkelamin tunggal, berumah satu atau dua dengan bentuk dan susunan beraneka rupa, ada yang tanpa hiasan bunga, dengan hiasan bunga rangkap atau tunggal, biasanya berangkai dalam bunga majemuk yang berganda.
Dalam suku ini terdapat suatu susunan bunga majemuk yang khas yang memberikan kesan seakan-akan merupakan bunga tunggal yang disebut siatium.
Bunga ♂   dengan benang sari yang sama jumlahnya dengan daun-daun hiasan bunga dapat pula urang atau lebih. Bunga ♀  dengan putik yang terdiri atas 3 daun buah dengan 3 tangkai putik yang bebas atau berlekatan, bakal buah menumpang, beruang 3, tiap ruang dengan 1 bakal biji yang diatas mikropilnya mempunyai jaringan tambahan yang disebut karunkula. Buahnya biasanya buah kendaga yang kalau masak pecah menjadi 3 bagian buah, ada pula yang berupa buah buni dan buah batu. Biji dengan endosterm yang besar, lembaga letaknya sentral.
Hampir semua bagian tubuh tumbuhan dalam suku ini mengandung getah yang terdapat dalam saluran-saluran getah yang anya dapat terdiri atas 1 sel saja (satu senosit) yang panjang dan bercabang-cabang serta bersambungan satu sama lain (anastomosern), dapat pula merupakan fusi banyak sel (seperti buluh-buluh pengangkutan).
Suatu suku yang besar mencakup tidak kurangdari 7200 jenis yang terbagi dalam kurang lebih 300 marga terutama tersebar didaerah tropika.
2.4.2 Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
Kandungan kimia yang sudah diketahui dari patikan kebo antara lain, taraxerol, friedlin, beta amyrin, betasitesterol, beta eufol, euforbol, triterpenoid, tirukalol, eufosterol, hentriacontane, flavonoid, tanin, elagic acid,. Dan berdasarkan catatan hasil penelitian dan pengalaman diberbagai daerah dan penyakit negara, tanaman ini dapat mengobati disentri, melancarkan kencing, mengobati abses paru, bronkitis kronis, abses payudara, typus abdominalis, radang ginjal, radang tenggorokan, asma dan radang kelenjar susu atau payudara bengkak (Didik Gunawan dkk, 1998).



           2.4.3 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia
            a. Reaksi warna
           Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyaringan zat berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk simplisia. : (Anonim. 2009)
                1. Lignin
              Lignin adalah suatu uji warna yang bermaksud mengetahui kandungan lingnin (zat kayu) yang terkandung pada tanaman, Basahi irisan atau serbuk dengan larutan floroglusin P, amati dalam asam klorida P, dinding sel berwarna merah.
2. Pati dan Aleuron
Pati dan Aleuron adalah polisakarida yang melimpah setelah selulosa, berfungsi sebagai penyimpan energi, Sekitar 20% dari pati adalah amilosa (larut) dan 80 % amilopektin . Pati dan aleuron banyak terdapat pada padi-padian, kentang dan jagung, Untuk menentukan adanya pati atau aleuron ditambahkan pereaksi Iodium 0,1 N pada bahan yang akan diperiksa , pati berwarna biru, dan aleuron berwarna kuning coklat sampai coklat.
3. Suberin, kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
Suberin merupakan senyawa pelindung pada tanaman. Metabolit primernya adalah senyawa dekarboksilat yang banyak dijumpai pada akar sebagai pelindung pada pita kasparin.Sedangkan kutin adalah rantai panjang dari asam lemak yang saling membentuk ester berstruktur 3 dimensi yang kaku.
Minyak menguap adalah substansi yang menimbulkan bau khas dan dapat menguap pada temperatur biasa. Minyak lemak adalah sekelompok besar dari senyawa minyak alam yang tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut organik. Untuk menentukan adanya minyak menguap bahan yang akan diperiksa diletakkan di atas kaca objek , tambahkan beberapa tetes sudan III LP, bahan dapat dijernihkan dengan klorohidrat, kecuali bahan yang mengandung minyak atsiri. Uji adanya sterol dilakukan dengan reaksi LIebermen Bouchard : 10 tetes minyak lemak dan dilarutkan dalam 5 ml kloroform, campur dan amati warna yang terjadi.
4. Selulosa
Selulosa Merupakan glukosa yang banyak terdapat dalamztumbuhan.Zat ini merupakan konstituen pokok pada tiap dinding sel. Untuk menentukan adanya selulosa bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida beriodium, memberikan warna ungu merah.
      5. Zat samak / tannin
              Zat tamak / tannin merupakan suatu senyawa glukosida yang majemuk. Zat ini banyak terdapat pada kulit bakau, trengguli, juga pinang dan gambir.Untuk menentukan tannin, Bahan ditambahkan besi (III) ammonium sulfat P ethan telah diencerkan  5 kali, zat samak dan senyawa tanat lainnya berwarna hijau atau biru sampai hitam.
6. Katekol
              Katekol merupakan turunan hasil hidrolisa asam gallant dengan garam ferri yang berwarna hijau, Letakkan bahan atau serbuk di atas kaca objek  ditambahkan  larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol 90 % P, kemudian dalam asam klorida P, bagian yang mengandung turunan katekol berwarna merah intensif.
        7. Dioksiantrakinon bebas
              Dioksiantrakinon bebas adalah  Senyawa-senyawa ini banyak terdapat dalam bentuk bebas dan berbeda-beda, serta derajat oksidasi yang berbeda pula, seperti antron, oksantron, dan autrano, Serbuk dalam  tabung reaksi ditambahkan  kalium hidroksida etanol LP, warna merah
        8. Fenol
            Fenol Merupakan senyawa pelindung dalam tanaman, dan juga adalah metabolit sekunder yang dapat disintesis dalam jalur sikinat. Senyawa ini dapat ,mempengaruhi tanaman dengan menghambat pertumbuhannya. Fenol dapat ditentukan dengan reaksi  Mikrosublimasiyaitu serbuk sampel   dalam vial dilarutkan dengan air, dan ditutupi dengan objek gelas dan di atas objek gelas diberi kapas, dipanaskan hingga menyublim.
a. Hasil  mikrosublimasi tambahkan  fosfomolibdat asam sulfat LP,  terjadi warna biru.
b. Hasil mikrosublimasi tambahkan asam diazobensulfonat LP, terjadi warna biru
c. Ekstrak methanol ditambahkan :
Ø Larutan besi (III) klorida 1 %, terbentuk warna ungu biru
Ø Pereaksi Millon, terbentuk warna merah ungu
Ø Pereaksi indofenol, terbentuk warna hijau biru yang stabil
9. Saponin
Saponon Merupakan segolongan senyawa glikosida yang berstruktur seperti asteroid dan memiliki sifat-sifat khas yang dapat membentuk koloidal dan membuih bila dikocok serta dapat mengoksidasi butir-butir darah merah, Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa dalam tabung reaksi tambahkan 10 ml air panas, diinginkan kemudian kocok kuat selama 10 detik, terbentuk buih yang mantap selama 10 menit setinggi 1-10 cm, dan penambahan 1 tetes asam hidroklorida 2N, buih hilang.
10.Flavanoid
                       Flavonoid Merupakan turunan dari plavon, isoplavon, flavanol, dan flavanon. Senyawa ini tidak berwarna, mempunyai gugus hidroksi, dan terdapat dialam dalam keadaan bebas, Sari 0,5 g serbuk diperiksa dengan 10 ml methanol dengan alat pendingin balik selama 10 menit, saring panas, encerkan filtrate dengan 10 ml air, setelah dingin tambahkan 5 ml eter minyak tanah P, kocok hati-hati, diamkan Ambil lapisan methanol , uapkan pada suhu > 40 0  di bawah tekanan.
11. Karbohidrat
              Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon, hydrogen, oksigen yang terdapat dialam dengan rumus empiris Cn(H2O)n. Karbohidrat adalah salah satu senyawa makromolekul alam yang banyak ditemukan dalam tanaman dan hewan, Menggunakan ekstrak etanol + air 2 ml dalam cawan porselin , diuapkan, tambahkan 2-3 tetes asam sulfat P, diamkan selama 4 menit, tambahkan  pereaksi molish, terjadi warna merah.
12. Glikosida antrakinon        
Glikosida antrakinon merupakan Senyawa yang dimanfaatkan sebagai zat aktif dalam obat pencahar. Glikosida yang digunakan dalam obat tersebut, adalah turunan autrason atau antarkinon sebagai glikolnya.
13. Steroid
              Steroid adalah sekumpulan lipid yang banyak dijumpai dalam tumbuhan dan hewan. Senyawa ini tidak tersabunkan, karena tidak dapat terhidrolisis dalam media basa berbeda dengan kompleks trigliserida dan lipid kompleks Ekstrak methanol kering disuspensikan dengan air, kemudian  ditambahkan eter, ulangi sampai heksan atau eter tidak berwarna lagi, residu ditambah 10 ml kloroform, kocok 5 menit. Decanter dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml NaSO4 anhidrat selanjutnya disaring. Filtrat ditambahkan pereaksi libermen bouchardt
            b. Reaksi Pengendapan
            Alkaloid Merupakan senyawa organic yang mengandung unsure nitrogen dan  bersifat basa. Senyawa ini dijumpai pada golongan tanaman leguminosae, rubiaceae, ladoceae,dan liliaceae.
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji:
a.    Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk endapan menggumpal berwarna putih
b.    Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam
c. Kromatografi Lapis Tipis
              Kromatografi lapis tipis adalah salah satu teknik pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorpsi  dan partisi menggunakan lempeng berukuran 3 x 7 cm, yang dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorben atau disebut fase diam dan eluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase gerak  yang dapat memisahkan senyawa kimia yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.

















BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS DAN SKEMA KERJA
3.1 Kerangka Konseptual



   
3.2 Hipotesis
Berdasarkan hasil pemeriksaan farmakognostik Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) melalui pemeriksaan identifikasi kandungan kimia diduga mengandung flafonoid. Dari pemeriksaan morfologi tanaman Patikan Kebo tergolong dalam kelas dikotil, berdaun tunggal, terletak berhadapan,  dan secara anatomi tanaman Patikan Kebo memiliki epidermis  dengan tipe stomata pada daun berupa anomositik, Terdiri dari selapis sel-sel besar berdinding tipis dan berisi butir hijau daun. Epidermis bawah berpenonjolan berupa papil pada penempang tangensial berbentuk polygonal dengan dinding samping lurus, kutikula tipis. Stomata seperti pada epidermia atas, panjang 170μm sampai 200μm rambut penutup terdiri dari 3 sel sampai 7sel, panjang 250 μm samai 630μm. Kutikula rambut jelas berbintik. berkas pembuluh pada batang dan akar kolateral terbuka, batangnya terdapat kambium gabus pada awalnya mendalam.
  
BAB 4
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
4.1  Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum
     4.1.1 Bahan Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L)
               a. Akar
               b. Batang
               c. Daun
  4.1.2  Bahan Kimia
a.      Aquadest
b.      Ammonia encer
c.      Alfa naftol
d.      Bauchardat P
e.      Dragendrof P
f.       Etanol 95 %
g.      floraglusin
h.      Formalin 4 %
i.        FeCl3
j.        HCl
k.      Iodiun 0,5 N
l.        kloralhidrat
m.     KOH
n.      Metal orange
o.      Molish
p.      Sudan III LP
q.      vanilin
   4.1.3  Alat
1.    Cutter
2.    Deg gelas
3.    Ember
4.    Handscun
5.    Jarum preparat
6.    Korek api
7.    Mikroskop
8.    Objek gelas
9.    Penjepit
10. Pinset
11. Pipet tetes
12. Silet gold
13. Toples
 4.2   Lokasi Praktikum
Desa Bulukunyi Kecamatan Pol-Sel Kabupaten Takalar  Provinsi Sulawesi Selatan

 4.3   Prosedur Praktikum
   4.3.1  Pemeriksaan Farmakognostik
         Pemeriksaaan morfologi tumbuhan dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari akar, batang, dan daun dari tanaman Patikan Kebo kemudian dilakukan pengambilan gambar, dan diidentifikasi lebih lanjut berdasarkan kunci determinasi menurut literatur.
4.3.1.1  Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk morfologi melalui pendekatan hubungan kekerabatan tanaman ( suku dan genus) kunci determinasi tanaman sebagai mana yang dicantumkan dalam buku resmi.
                              4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
Mengamati dan menggambar bentuk morfologi dari tanaman, yaitu berupa bentuk batang, daun, akar, dan bunga.
                                         4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman
Pemeriksaan anatomi di Laboratorium, yaitu anatomi akar, batang, dan daun serta mencari bentuk stomata dengan membuat preparat setipis mungkin diatas objek glass yang ditutupi deg glass dengan ditetesi air atau kloralhidrat, dan diamati serta digambar anatominya dibawah mokroskop.
                       4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia
               4.3.1.2.1 Pengambilan Simplisia
            Dipetik sampel yang berada didarat tepatnya didaerah Kecamatan Pol-Sel Kabupaten Takalar dengan mengambil secara utuh dari akar, batang, daun maupun bunganya kemudian diawetkan dan dimasukkan kedalam toples untuk dilakukan uji praktikum dilokasi MAKASSAR untuk di amati morfologi dan anatominya pada mikroskop.
4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia
Simplisia yang telah dikumpulkan kemudian dicuci untuk membersihkansimplisia dari kotoran atau debu dan memisahkan tanaman itu sendiri yang tidak dikehendaki saat pencucian.Setelah dicuci dan dibersihkan dari debu dan kotoran, sampel dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan.Pengeringan yang digunakan pada percobaan ini ialah pengeringan alamiah yakni dengan bantuan sinar matahari, atau diangin-anginkan.Untuk bagian tanaman yang keras, seperti batang dan akar pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari.Untuk bagian tanaman yang lunak seperti daun cukup diangin-anginkan.
4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia
a.  Organoleptis yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang telah dibuat, diamati warnanya, baunya apakah menyengat. Biasanya jika menyengat berarti mengandung minyak atsiri. Kemudian diamati rasanya, apakah sepat, manis, dan lain sebagainya.
b.  Makroskopik yaitu memuat paparan mengenai bentuk dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya. Misalnya untuk simplisia yang memiliki ukuran serbuk yang relatif besar dengan warna yang berbeda-beda
c.    Mikroskopik yakni memuat paparan anatomis mengenai fragmen pengenal serbuk simplisia.Pemeriksaan Fragmen serbuk menggunakan mikroskop dan pada serbuk simplisia ditambahkan kloralhidrat di atas obyek gelas, kemudian ditutup dengan deck gelas.


4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia Pada Patika Kebo (Euphorbia Hirta L)
         4.3.2.1 Lignin
a. Disimpan serbuk diatas objek glass
b. Ditambahkan dengan larutan floraglusin dan HCl pekat 1 tetes, ditutup dengan deg glass dan diamati dibawah mikroskop.
4.3.2.2 Pati & Aleuron
                          a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna biru mengandung pati dan kalau berwarna kuning coklat mengandung aleuron.
4.3.2.3 Suberin, kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
                        a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi
b. Ditambahka larutan Iodium 0,1 N dan kloralhidrat 1-3 tetes. Apabila berwarna jingga mengandung Suberin, kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
c. Diamati anatominya dibawah mikroskop
4.3.2.4 Lendir dan peptin:
                        a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan metil orange 1-3 tetes, apabila bewarna hijau mengandung lendir.
4.3.2.5 Selulosa
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan  dengan larutan 2nSO4 dan Iodium 0,1 N, apabila berwarna ungu merah megandung selulosa.
4.3.2.6 Zat samak/tannin
                             a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan vanillin, etanol, HCl dan FeCl3  sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna biru hitam mengandung tannin.
4.3.2.7 Turunan katekol
                         a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan (FeCl3  ) sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna hijau mengandung katekol
4.3.2.8 Dioksiantrakinon bebas
                        a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan (KOH 10% etanol)  sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna merah  mengandung  dioksiantrakinon
4.3.2.9 Fenol
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam vial
                         b. Diuapkan sampai terbentuk sublimasi
c. Ditambahkan FeCl3 apabila berwarna biru ungu megandung fenol.
4.3.2.10 Saponin
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi
b.Ditambahkan air dan dipanaskan, apabila terbentuk buih, mengandung saponin
c. Ditambahkan larutan HCl 1-3 tetes buih tidak hilang selama 5 menit.
4.3.2.11 Flavanoid
a. Ekstrak Etanol dimasukkan kedaam tabung rekasi,
tambahkan larutan FeCl3 1-3 tetes, apabila berwarna merah mengandung flafonoid
b. Ekstrak Eter dimasukkan kedalam tabung reaksi, DItambahkan dengan larutan FeCl3 1-3 tetes, apabila berwarna merah mengandung flafonoid
c. Ekstrak n-Butanol dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan dengan larutan FeCl3 1-2 tetes, apabila berwarna merah berarti mengandung flafonoid
4.3.2.12.Karbohidrat
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung sentrivuge
b. Ditambahkan air dan dipanaskan dalam pemanas khusus senrivuge
c. Ditambahkan dengan larutan molis, alfa naftold dan HCl 1-3 tetes, apabila terbentuk cincin ungu mengandung karbohidrat.
4.3.2.13.Glikosida
a. Ekstrak etanol diamasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan FeCl3 dan HCl 1-3 tetes, apabila  berwarna ungu mengandung glikosida
b. Ekstrak eter dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan ammonia encer 1-3 tetes, apabila berwarna merah lembayung mengandung glikosida
4.3.2.14 Alkaloida
                        a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan 2 tetes bouchart P apabila terbentuk endapan putih mengandung alkaloid dan 2 tetes dagrodorf P apabila berwarna jingga mengandung alkaloid






BAB 5
HASIL
5.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
   Determinasi Tanaman Patikan Kebo
1b…,2b…,3b…,4b…,Euphorbiaceae
5.2 Morfologi Tanaman
a.  Daun
Daunnya berbentuk jorong meruncing, tepinya bergerigi. Daunnya berbulu di permukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50mm dan lebarnya 25mm. Daunnya yang gampang rapuh berwarna  hijau atau hijau kelabu.
b. Akar
perakaran pada Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L)  adalah tunggang (radix primaria).
 cBatang
batang berambut, percabangan selalu keluar dan pangkal batang dan tumbuh ke atas, warna merah atau keunguan.
d. Bunga
Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna dadu atau merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdini atas empat bunga jantan.
5.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Pemeriksaan Mutu dari Patikan Kebo bertujuan untuk diperoleh simplisia agar memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh dapertemen kesehtan RI dalam buku resmi seperti MMI, farmakope Indonesia dan ekstrak FI, sedikit asam, dan netral.
Tabel.5.5.1  Uji Organoleptiks pada gendola
Bagian  Simplisia
Pemeriksaan Organoleptiks
Bau
Rasa
Warna
Daun
Khas
Pahit
Hijau
Batang
Khas
Pekat
Hijau kecoklatan
Akar
Khas
Pahit, dan sepat
Coklat


Tabel . 5.5.2 Uji identifikasi kandungan Kimia
No
Pengujian
Pereaksi
Uji Pustaka
Uji  identifikasi Kimia
Ket
1
Katexol
FeCl3
Hijau
Hijau kemerahan

+
2
Tannin
FeCl3 1N
hijau
hijau
+
3
Diaksatikonon
KOH %
Merah
hijau

-
4
Fenol
Fecl3
Ungu Biru
Kuning coklat

-
5
Alkaloid
HCl + mayer  bouchardat
Endapan Putih
Endapan Putih
+



6
Pati
Iodine 0,1 N
biru
coklat
-


7
 Aleuron
Iodine 0,1 N
coklat
coklat
-
8
Saponin
Air hangat kocok + HCl
Busa tidak hilang
Busa tidak hilang
+
9
Lignin
Floroglusin
Merah
Hijau
-
10
Karbohidrat
Air (sentrivuge) + molish + alfa naftol +Hcl
Cincin Ungu
Cincin Ungu
+
11
Flavonoid
FeCl3 + HCl P
Merah
merah
+
12
Glikosida
Ammonia encer
Coklat merah
cokelat
+
13
Lendir
Metil Orange
jingga
jingga
+










BAB 6
PEMBAHASAN
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup dimana tumbuhan ini mempunyai jenis dan kegunaan masing-masing walaupun ada tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan mempunyai arti penting bagi manusia, selain mencegah terjadinya erosi tumbuhan juga berfungsi sebagai bahan pangan bagi manusia dan tumbuhan.
               Daun Patikan Kebo  merupakan tanaman budidaya yang digunakan sebagai obat tradisional untuk obat Asma, Batuk, Bronkhitis, Disentri amuba, Herpes zoster, Pelancar ASI (obat luar), Radang ginjal, Radang usus, Eksem (obat luar), Gatat (obat luar), Sakit tenggorokan. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa patikan kebo dapat meminimalkan perdarahan yang terjadi akibat infeksi Eimeria tenella. Hal ini diduga karena tanaman ini mengandung beberapa zat aktif yang berperan untuk meminimalisir perdarahan. Zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya antara lain: flavanoida, tannin, beta amiris, asam elogik, querstrim, diterpenoida dan triterpenoida.Flavanoida dapat menurunkan permiabilitas kapiler darah, sehingga kerusakan kapiler darah dapat dicegah atau dapat diperbaiki, dan nutrisi dan oksigen (untuk menunjang kesembuhan) dapat disuplai melalui kapiler tersebut. Selain itu, flavanoid yang antithrombik dapat membentuk sumbat thrombosit, sehingga dapat menutup robekan kecil pada pembuluh darah. Sedang tannin berkhasiat sebagai antiseptik (mencegah pertumbuhan bakteri) dan hemostatik (menghentikan perdarahan).
               Patikan Kebo memiliki efek Anti inflamasi, hemostatic, ekspektoran, spasmolitik, diuretic, dan antiprunitik.
               Patikan kebo diekstraksi dengan menggunakan  pelarut n-heksan dan etanol dengan cara perkolasi. Untuk memisahkan komponen-komponen ekstrak n-heksan dan etanol secara KLT digunakan pengembang n-heksan-etil asetat (7:3), deteksi dengan lampu UV 254 nm dan 365 nm, serta asam sulfat pekat 10% dalam metanol.
Patikan kebo merupakan cabang-cabang yang masih muda  berwarna  hijau. Daun letak  berhadapan, berupa daun tunggal yang bentuknya jorong berbulu di permukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50mm dan lebarnya 25mm.
Pada waktu panen atau pengambilan Patikan Kebo peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan.  Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.  Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut.  Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan kebersihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.
Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi  sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut Penyortiran (segar), Pencucian biasanya dilakukan dengan Perendaman bertingkat dan Penyemprotan serta Penyikatan (manual maupun oto-matis), Perajangan, Pengeringan, Penyortiran (kering), Pengemasan, terakhir Penyimpanan.
Pada percobaan ini dilakukan dengan pengujian Organoleptis yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang telah dibuat, diamati warnanya, baunya apakah menyengat. Biasanya jika menyengat berarti mengandung minyak atsiri. Kemudian diamati rasanya, apakah sepat, manis, dan lain sebagainya.
Selain organoleptis dilakukan juga Makroskopik yaitu memuat paparan mengenai bentuk dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya. Misalnya untuk simplisia yang memiliki ukuran serbuk yang relatif besar dengan warna yang berbeda-beda serta pengujian Mikroskopik yakni memuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal bentuk simplisia, meliputi uraian sebagai berikut : Jaringan primer (epidermis, korteks, endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat dan empelur), Jaringan sekunder (periderm, felogen dan ritidom), Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder, Adapaun Jaringan pada daun terdiri dari tipe stomata, Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut kelenjar).
Identifikasi kandungan kimia Pati dan Aleuron dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna biru mengandung pati dan kalau berwarna merah mengandung aleuron. Samak / tannin, dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan Vinilin 1-3 tetes, ditambahkan etanol 1-3 tetes, ditambahkan HCl 1-3 tetes, dan FeCl3 sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna hijau mengandung tannin. Katekol dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan FeCl3 sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna hijau mengandung katekol. Dioksiantrakinon dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi Ditambahkan dengan larutan KOH 10% etanol  sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna merah  mengandung  dioksiantrakinon. Fenol dimasukkan serbuk sampel ke dalam vial, lalu ditutup dengan objek glass dan dilakukan pemanasan, ditambahkan dengan larutan FeCl3  P  sebanyak 1-3 tetes pada sublimasi, apabila berwarna ungu biru  mengandung fenol. Steroid dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan Lieberman bouchardat  sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna merah atau merah jambu  mengandung steroid,. Alkaloid dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan HCl + Meyer bouchardat  sebanyak 1-3 tetes apabila terbentuk putih mengandung alkaloid. Saat pengujian kandungan kimia Patikan Kebo Positif mengandung Aleuron, lendir, tannin, saponin, flavonoid, dan karbohidrat.


BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
           Hasil pemeriksaan farmakognostik dan identifikasi kandungan kimia tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) telah diperoleh data dan dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :
1.  Pemeriksaan morfologi menunjukkan perakaran pada Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) adalah tunggang (radix primaria), daun berbentuk bulat dengan  ujung daun meruncing (acuminatus) dan tepi daunnya rata (integer) sedangkan bentuk batangnya bulat (teres) dan basa.
2.  Pada pemeriksaan anatomi didapatkan bahwa bentuk stomata dari tmbuhan Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) adalah anomositik dan tipe berkas pembuluhnya yaitu koletral terbuka (floem bertempat di sebelah luar xilem).
7.2 Saran
            Saran saya agar pengadaan PKL  yaitu pengambilan sampel baik dipantai ataupun didarat agar selalu dapat pantauan  dari asisten agar sampel yang didapat tidak mengalami kesamaan, serta cara pengambilan, pencucian dan penyimpanan sampel dengan baik.  


DAFTAR PUSTAKA

Amin., A.,dkk, 2009. Penuntun Praktikum Edisi Revisi Farmakognosi I. 
                     Universitas Muslim Indonesia. Makassar.


Departemen kesehatan RI, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Dodi ahamad fauzi,2008, manfaat tanaman obat,EDSA Mahkota ; Jakarta

Fauziah, Muhlisah.,2007., Tanaman Obat Keluarga.,Swadaya., Jakarta

Gunawan, Didik dkk.,2004., Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I., Penebar Swadaya., Jakarta.

Hariana, Arief., 2006., Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2., Penebar Swadaya., Jakarta.

Hidayat, Estiti., 1995., Anatomi Tumbuhan Berbiji., ITB Press., Bandung
Steenis,Van dkk., 2006., Flora., Pradnya Paramita., Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi Tumbuhan., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta

http://Tousid.multiply.com?photos/albums/36/gandarussa

hhtp://www.iptek.net.id/ind/pd_tanamanobat/
http://id.wiki.anatomigendola org/wikipedia/20nov2009
http:// www.indonesia herbal-Blogspot.com


Tidak ada komentar :

Posting Komentar