LAPORAN LENGKAP
PRAKTEK KERJA LAPANGAN FARMAKOGNOSI I
PEMERIKSAAN SIMPLISIA PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L)
DAN
ETNOFARMASI TANAMAN OBAT ASAL DESA BULUKUNYI KECAMATAN
POL- SEL KABUPATEN TAKALAR
PROVINSI SULAWESI
SELATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan ekosistem.
Dilihat dari hasilnya, tanaman atau tumbuhan merupakan sumber kebutuhan kita
baik sandang, pangan maupun pangan. Kita dapat makan yang merupakan sumber energi karena ada
tanaman. Kita dapat bernafas dengan baik dengan menghirup oksigen karena ada
yang merupakan hasil reaksi fotosintesis karena ada tanaman. Kita juga dapat
meminum air bersih dikarenakan jasa tumbuhan yang menyimpan cadangan air
melalui akar-akarnya yang itu semua merupakan hasil aktifitas menanam.
Dalam al-Quran, manusia diciptakan oleh Allah swt.sebagai
khalifatu fil ardl yang bertugas untuk memakmurkan bumi (QS: 11:61). Salah satu
upaya pemakmuran bumi Allah ini adalah melalui aktifitas menanam. Dengan adanya
aktifitas menanam, bumi akan menjadi indah, rimbun, makmur dan sejahtera. Dalam
bahasa al-Quran, bumi indah dan rimbun yang ditumbuhi oleh berbagai macam
tumbuhan dengan kata jannah (taman). Kata jannah sendiri seakar
dengan kata Junnah (perisai), Jinnah / Jaan (salah satu
nama makhluk Allah swt). Walaupun antara ketiga kata tersebut terdapat
perbedaan penyebutan, namun secara substansial memiliki irisan makna yaitu
sesuatu yang tersembunyi dan melindungi.Taman atau kebun merupakan tempat
berlindung berbagai organisme dari teriknya matahari melalui rimbunnya
pepohonan.
(http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanamanobat/)
Salah satu ilmu yang memepelajari khusus tanaman-tanaman yang
telah berdiri sendiri sebagai tanaman yang berkhasiat dalam pengobatan dimana
tanaman ini merupakan simplisia. Ilmu farmakognosi menguraikan tentang pemeriksaan
simplisia nabati dan identifikasi tumbuhan obat berdasarkan kandungan kimianya,
bentuk dan simplisianya, baik makroskopik maupun mikroskopiknya serta
inventarisasi tanaman obat yang kerap kali digunakan masyarakat dalam mengobati
suatu penyakit. Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur
sehingga banyak jenis tumbuhan memiliki khasiat sebagai obat. Namun, sebagian
besar dari tumbuhan obat itu banyak yang tidak diketahui oleh manusia sehingga
tidak terawat dengan baik.
Tumbuhan semusim atau tanaman semusim merupakan istilah
agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam
pengertian botani, pengertiannya agak diperlonggar menjadi tumbuhan yang
menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang setahun.Istilah dalam
bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang dimaksud "satu
musim" adalah satu tahap dalam setahun.Bagi pertanian di daerah beriklim
sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah apabila tanaman yang dimaksud
tidak perlu mengalami musim dingin bagi pembungaannya vernalisa.
Sejumlah
tumbuhan dari daerah beriklim sedang atau tumbuhan gurun memiliki perilaku
musiman yang sangat ekstrem. Mereka menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam
waktu sangat singkat (4 hingga 8 minggu). Tumbuhan seperti narsisus yang
dikenal sebagai spring plants (tumbuhan musim semi), mengeluarkan daun
di akhir musim dingin (musim salju) lalu
berbunga dan kemudian layu kembali hanya dalam waktu sekitar 3 bulan, untuk
kemudian kembali beristirahat dalam bentuk umbi
Perilaku musiman ini diatur secara hormonal dan dipengaruhi oleh suhu
udara, panjang hari, serta ketersediaanair di tanah (Hariana, Arief., 2006)
Dalam rantai makanan, tumbuhan juga
menempati posisi produsen yang menjadi makanan bagi tingkatan konsumen
selanjutnya.Tanaman juga menjadi penyimpan energi terbesar dalam peristiwa
aliran energi dari produsen ke konsumen. Hal ini dikarenakan tumbuhan merupakan
organisme autotrof yang bisa membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya
matahari.
Salah
satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi berak
darah adalah Patikan Kebo (Euphorbia
hirta L). Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa patikan kebo dapat meminimalkan perdarahan yang
terjadi akibat infeksi Eimeria tenella. Hal ini diduga karena tanaman ini
mengandung beberapa zat aktif yang berperan untuk meminimalisir perdarahan.
Zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya antara lain: flavanoida, tannin, beta
amiris, asam elogik, querstrim, diterpenoida dan triterpenoida. Flavanoida dapat menurunkan permiabilitas kapiler darah,
sehingga kerusakan kapiler darah dapat dicegah atau dapat diperbaiki, dan
nutrisi dan oksigen (untuk menunjang kesembuhan) dapat disuplai melalui kapiler
tersebut. Selain itu, flavanoid yang antithrombik dapat membentuk sumbat
thrombosit, sehingga dapat menutup robekan kecil pada pembuluh darah. Sedang
tannin berkhasiat sebagai antiseptik (mencegah pertumbuhan bakteri) dan
hemostatik.
Sementara itu, asam elogik juga dapat mengontrol kerusakan kapiler dan berperan dalam proses pembekuan darah. Sedang diterpenoida dan triterpenoida berkhasiat sebagai anti radang (anti inflamasi). Pada kasus berak darah ini, biasanya disertai gejala diare yang disertai dengan dehidrasi. Dengan pemberian patikan kebo ini, maka gejala tersebut dapat diatasi karena tanaman ini mengandung quersitrin yang dapat memperlemah kontraksi usus, tetapi tidak mengubah transpor cairan di dalam mukosa usus. .( http://bahan-alam.fa.itb.ac.id)
Sementara itu, asam elogik juga dapat mengontrol kerusakan kapiler dan berperan dalam proses pembekuan darah. Sedang diterpenoida dan triterpenoida berkhasiat sebagai anti radang (anti inflamasi). Pada kasus berak darah ini, biasanya disertai gejala diare yang disertai dengan dehidrasi. Dengan pemberian patikan kebo ini, maka gejala tersebut dapat diatasi karena tanaman ini mengandung quersitrin yang dapat memperlemah kontraksi usus, tetapi tidak mengubah transpor cairan di dalam mukosa usus. .( http://bahan-alam.fa.itb.ac.id)
Dari
informasi yang diperoleh, maka hal inilah yang melatar belakangi penelitian
untuk tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia
Hirta).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemeriksaan farmakognostik meliputi pemeriksaan
morfologi, anatomi, organoleptik dan identifikasi kandungan kimia tanaman
Patikan Kebo (Euphorbia hirta L).
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk melakukan pemeriksaan
farmakognostik meliputi pemeriksaan morfologi, anatomi, organoleptik dan
identifikasi kandungan kimia dari tanaman Patikan Kebo (Euphorbia
hirta L).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini yaitu dapat
melengkapi data ilmiah dari tanaman Patikan
Kebo (Euphorbia hirta L) Sebagai obat
tradisioal.
1.5 Kontribusi Penelitian bagi IPTEK
Memberikan
tambahan referensi mengenai data identifikasi farmakognostik tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L)
dalam rangka pengembangan tanaman obat tradisional.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan
Tentang Tanaman
2.1.1 Sistematika Tanaman Patika Kebo (Euphorbia hirta L).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia hirta L.
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia hirta L.
Sinonim : Euphorbia pilulifera L, Euphorbia
capita Lamk.
2.1.2
Nama Daerah Tanaman
Jawa :
Patikan Kebo, Kukon-kukon
Sumatra : Daun
biji kacang
Sunda :
Nanangkaaan
Jakarta : Gondong anak
Maluku :
Sosononga
Ternate : Isu ma ibi
Melayu :
Gelang Susu
Tidore :
Isu gibi
Philiphina :
Gatas-gatas
China :Da
fey yang cao
2.1.3 Morfologi Tanaman
Patikan kebo (Euphorbia hirta) berbatang lunak,
beruas, berbulu, dan bergetah putih. Warna batangnya adalah hijau
kecoklatan. Daunnya berbentuk jorong meruncing, tepinya bergerigi. Daunnya
berbulu di permukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50mm dan
lebarnya 25mm. Daunnya yang gampang rapuh berwarna hijau atau hijau
kelabu. Tumbuhan patikan kerbau mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan
berkembang biak melalui biji. Patikan kerbau mempunyai warna dominan kecoklatan
dan bergetah. Banyak pohonya memiliki cabang dengan diameter ukuran kecil. Daun
Patikan kerbau mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-taji. Letak daun
yang satu dengan yang lain berhadap-hadapan. Sedang bunganya muncul pada ketiak
daun. Patikan kerbau hidupnya merambat (merayap) di tanah. (Ketut Ari Widiasih, 2007)
2.1.4
Anatomi Tanaman
a. Batang
sel epidermis berwarna kekuningan, kutikula
berbintik, pada epidermis terdapat banyak rambut, rambut dapat dibedakan atas 2
tipe. Rambut pada tipe pertama berwarna uning sampai kuning kecoklatan, bentuk
kerucut, terdiri dari 2 sel sampai 12 sel, dinding tebal, kutikula kasar, elas
berbintik. Rambut tipe kedua tidak berwarna, bentuk kerucut melengkung, terdiri
dari 2 sel sampai 7 sel dinding lebih tipis, kutikula berbintik halus; pangkal
rambut tipe pertama 3-6 lembar pangkal rambut kedua. Korteks parenkimati; saluran
getah tersebar dalam jaringan korteks dan floem; berkas pembuluh kolateral;
xylem tersusun dalam satu lingkaran, pembuluh kayu bergaris tengah lebih kurang
30 μm disebelah luar floem terdapat serabut parisikel. Pada batang yang lebih
tua jaringan parenkim empelur terkoyak.
b. Akar
Dibawah epidermis terdapat beberapa llapis sel gabus
yang dengan penambahan larutan sudan III berwarna merah; hamper dibagian
pertengahan dari akar terdapat 4 sampai 5 ikatan xylem dan floem.pada parenkim
korteks floem dan empelur terdapat saluran getah.
c. Daun
epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel-sel besar,
pada pandangan tangensial tampak dinding samping ergelmbang. Stomata tipe
nomositik (Ranunculaceae). Jarigan
palisade terdiri dari 1 lapis sel yang tidak sama tinggi.berkas pembuluh tipe
kolateral, terdapat dibawah jaringan palisadedan diantara jaringan bunga
karang, berkas pembuluh jelas dikelilingi leh suatu seludang yang terdiri dari
1 lapis sel besar berdinding tipis dan berisi butir hijau dain. Epidermis bawah
berpenonjolan berupa papil pada penempang tangensial berbentuk polygonal dengan
dinding samping lurus, kutikula tipis. (Ditjen.POM, 1995).
2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman
Tumbuhan ini kaya dengan
berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui, antara lain : Flavonoid, glilcosida, sterol, eufosterol, jambulol, asam melisat, asam
forbat, alkaloid, gula, dan tanin.
2.1.6 Kegunaan Tanaman
Berdasarkan berbagai literatur
yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai daerah dan
negara, tanaman ini untuk
keseluruhan tanaman bermanfaat untuk menyembuhkan
penyakit-penyakit sebagai berikut :
1. Asma. 7. Radang ginjal
2. Batuk. 8. Radang usus.
3. Bronkhitis. 9. Eksem (obat luar).
4. Disentri amuba. 10. Gatat (obat luar).
5. Herpes zoster. 11. Sakit
tenggorokan
6. Pelancar ASI (obat luar)
2.1.7 Bioaktifitas Tanaman
Ekstrak air Euphorbia hirta L. yang telah dibebaskan dari
senyawa lipofilik mem-punyai efek analgetik pada susunan syaraf pusat dan
mempunyai efek sedatif (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). Di samping itu
ekstrak air bebas senyawa lipofil mempunyai efek pula sebagai penurun panas, yang
diakibatkan karena yeast (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). Pada takaran 20-25
mg/kg secara intra peritoneal dan berefek antiradang yang ditimbulkan karena
carrageenan dengan takaran 100 mg/kg.
Ekstrak air bebas senyawa lipofil mempunyai
potensi terhadap Entamorba histolytica dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Gram positif dan Gram negatif (Staphyllococcus aureus, S.faecalis,
S.dysentriae, Salmonella typhi, Pseudo-monas aeruginosa, Entamuba). Ekstrak
batang mempunyai potensi lebih besar dari pada ekstrak bagian lain terhadap
bakteri.
(http://lansida.blogspot.com/2010/07/patikan-kebo-euphorbia-hirta-l.html)
Ekstraksi dilakukan secara sinambung
dengan pelarut n-heksan dan etanol dengan cara perkolasi. Untuk memisahkan
komponen-komponen ekstrak n-heksan dan etanol secara KLT digunakan pengembang
n-heksan-etil asetat (7:3), deteksi dengan lampu UV 254 nm dan 365 nm, serta
asam sulfat pekat 10% dalam metanol.
Fraksinasi ekstrak n-heksan dilakukan secara KCV dengan eluen campuran pelarut landaian terdiri dari n-heksan-etil asetat. Hasil fraksinasi dipantau dengan KLT dengan pengembang n-heksan-etil asetat. Pemisahan lebih lanjut dilakukan dengan kromatotron menggunakan pengembang n-heksan dan n-heksan-etil asetat, dan selanjutnya isolatnya dianalisis dengan spectrometer.
Fraksinasi ekstrak etanol dilakukan dengan ECC berturut-turut dengan pelarut n-heksana, eter, kloroform, etil asetat dan n-butanol. Pemisahan lebih lanjut dilakukan dengan membiarkan fraksi selama beberapa hari hingga terbentuk endapan, cuci endapan dengan pelarut aseton dan methanol. Dari ekstrak n-heksan diisolasi dan diidentifikasi senyawa kimia golongan triterpenoid dengan rangka kolestan. Dari ekstrak etil asetat diperoleh dua senyawa flavonoid turunan kuersetin dengan substituen belum diketahui dan salah satu adalah senyawa glikosida dengan ikatan glikosidik pada posisi-5. Dari ekstrak etil asetat, diperoleh juga senyawa xanton yang mengandung gugus hidroksi, metoksi atau asetat yang jumlah dan posisinya belum jelas. (http://bahan-alam.fa.itb.ac.id)
Fraksinasi ekstrak n-heksan dilakukan secara KCV dengan eluen campuran pelarut landaian terdiri dari n-heksan-etil asetat. Hasil fraksinasi dipantau dengan KLT dengan pengembang n-heksan-etil asetat. Pemisahan lebih lanjut dilakukan dengan kromatotron menggunakan pengembang n-heksan dan n-heksan-etil asetat, dan selanjutnya isolatnya dianalisis dengan spectrometer.
Fraksinasi ekstrak etanol dilakukan dengan ECC berturut-turut dengan pelarut n-heksana, eter, kloroform, etil asetat dan n-butanol. Pemisahan lebih lanjut dilakukan dengan membiarkan fraksi selama beberapa hari hingga terbentuk endapan, cuci endapan dengan pelarut aseton dan methanol. Dari ekstrak n-heksan diisolasi dan diidentifikasi senyawa kimia golongan triterpenoid dengan rangka kolestan. Dari ekstrak etil asetat diperoleh dua senyawa flavonoid turunan kuersetin dengan substituen belum diketahui dan salah satu adalah senyawa glikosida dengan ikatan glikosidik pada posisi-5. Dari ekstrak etil asetat, diperoleh juga senyawa xanton yang mengandung gugus hidroksi, metoksi atau asetat yang jumlah dan posisinya belum jelas. (http://bahan-alam.fa.itb.ac.id)
2.2 Tinjauan
Tentang Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.1 Pengertian dan Sejarah Farmakognosi
Istilah
farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A
Seydler (1815), seorang peneliti kedoteran di Haale Jerman, dalam
disertasinya berjudul Analecta
Pharmakognostca. Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, phramacon yang
artinya ”obat” (ditulis dengan tanda petik karena obat di sini maksudnya adalah
obat alami, bukan obat sintetis) gnosis yng artinya pengetahuan. Jadi
farmakognosi adalah pengetahuan tantang obat-obatan alamiah.
Beberapa tahun sebelumnya, J.A
Schmidt menggunakan istilah farmakognosi
sebagai salah satu sub judul dari buku
Lehrbuch der Materia Medika yang diterbitkan di Vienna tahun 1811. Ia
mengartikan farmakognosi sebagai pharma
(obat) dan cognitive (pengenalan)
jadi farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri/ karateristik obat yang
berasal dari bahan alam. Menurut Fluckiger, farmakognosi mencakup seni dan
pengetahuan pengibatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme
dan mineral (Gunawan,
2004)
Sejarah farmakognosi
Pada
awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah ”farmkognosi”. Oleh karenanya,
mereka tidak biasa mengaitkan farmakognosi dengan bidang-bidang yang
berhubungan dengan kesehatan. Padahal, farmakognosi sebenarnya menjadi mata
pelajaran yanga spesifik dalam bidang kesehatan dan farmasi. Masyarakat telah
mengeathui khasiat dari opium(candu), kina, kelambak penisilian, digitalis,
insulin, tiroid, vaksin, polio, dan sebagainya. Namun, mereka tidak sadar bahwa
yang diketahui itu adalah bidang dari farmakognosi. Mereka pun tidak mengetahui
kalau bahan-bahan yang berbahaya seperti minyak jarak, biji saga (sogok telik),
dan tmpe bonkrek (aflatoksin) merupakan bagian dari pembicaraan farmakognosi.
Pada hakekatnya, para pengobat herbalis itulah nyata-nyata merupakan praktisi
farmakognosi yang pertama.
Keberadaan farmakognosi dimulai
sejak manusia pertama kali mulai mengelola penyakit, seperti menjaga kesehatan,
menyembuhkan penyakit, meringankan penderitaan, menanggulangi gelaja penyakitv
dan rasa sakit, serta semua yang berhubungan dengan minuman dan makanan kesehatan.Pada
awalnya, farmakognosi lahir dari jampi-jampi Suku Vodoo yang tanpa disadari
telah ikut menyelamatkan resep-resep rahasia tidak tertulis dari dukun dan
leluhur. (Gunawan,
2004)
2.2.2 Ruang lingkup
Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.2.1. Identifikasi dan Determinasi Tanaman Patikan Kebo
(Euphorbia Hirta L)
Identifikasi
a. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes asam
sulfat P; terjadi warna cokelat hijau.
b. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes asam
klorida pekatP; terjadi warna cokelat
merah.
c. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan
natrium hidroksida P 5% b/v terjadi warna cokelat merah.
d. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan
kalium hidroksida P 5% b/v; terjadi warna cokelat merah.
e. Pada 2 mgserbuk herba tambahkan 5 tetes ammonia
(25%) P; terjadi warna hijau cokelat.
f. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan
besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna biru hitam.
g. Timbang 500 mg serbuk herba, campurdengan 5 ml
methanol P dan panaskan dalam tanggas air selama 2 menit, dinginkan, saring,
cuci endapan dengan methanol P secukupnya hingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada
titik pertama dari lempeng KLT siliksgel GF 254 P tutulkan 20 μl
filtrat, pada titik kedua tutulkan 5 μlfiltrat zat warna II LP. Eluasi dengan
campuran etil asetat p – metiletil keton P – asam format P – air (50+30+10+10)
dengan jarak lambat 15 cm, amati dengan sinar biasa dan dengan sinar
ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan larutan aluminium klorida 1% dalam
etanol LP, amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366 nm (Ditjen.POM,
1995)
Determinasi tanaman
1b…,2b…,3b…,4b…,Euphorbiaceae
Herbarium
Herbarium adalah penyimpanan dan
pengawetan tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara kering
dan cara basah, sesuai dengan namanya. Herbarium kering disimpan dalam keadaan
kering, sedangkan herbarium basah disimpan dalam keadaan basah dengan cairan
tertentu.
a. Pengumpulan
Kumpulkan tanaman dari lapangan, masukkan ke
dalam vasculum(trammel Botani), atau Schweinfurter blik, atau masukkan saja di
antara halaman buku yang besar. Ambillah terutana bagian dari tumbuh – tumbuhan
yang berbunga atau malahan yang berbuah. Buatlah sedikitnya 2 ex, yang lengkap
dari tiap jenis. Bagian dari tumbuh – tumbuhan yang besar sedikitnya panjangnya
30 – 40 cm dan sedikitnya harus ada satu daun dan satu inflorescencia yang
lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus masih terlalu besar. Janganlah
lupa melihat bagian di bawah tanah. Sediakan buku untuk mencatat kekukhusan
seperti : warna, bau, bagian dalam tanah, tinggi tempat dari permukaan laut,
tempat, banyaknya tanaman tsb.
b.
Cara mengeringkan
Di rumah, tumbuh – tumbuhan tsb
dengan hati – hati di atur di antara kertas kasar dan kering, yang tidak
mengkilat, misalnya kertas Koran, atau kertas pembungkus yang kuning. Letakkan
di antara beberapa halaman yang dobel dan sertakan pada tiap jenis catatan yang
dibuat untuk tanaman tsb. Juga biasanya dipergunakan etiket gantung yang
diikatkan pada bahan tumbuh – tumbuhan, yang nomornya adalah berhubungan dengan
buku catatan lapangan tsb.
c.
Pengawetan
Suatu tanaman yang telah dikeringkan sedikit
atau banyak adalah selalu bersifat hygroscopis, akan mudah sekali terserang
jamur. Oleh karena itu, usahakanlah penyimpanan herbarium di tempat kering dan
jemurlah koleksi tsb sekali – sekali di bawah sinar matahari.
d.
Pembuatan herbarium.
Tempel herbarium, kalau dapat pada helaian
kertas yang terlepas, sehingga kelak dapat ditempetkan menurut selera yang dikehendaki.
(Amin,Asni.2010).
2.2.2.2 Morfologi Tanaman
Ilmu tumbuhan
saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, dari berbagai cabang
ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah morfologi tumbuhan
mempelajari tentang susunan tubuh tumbuhan yang telah mengalami perkembangan
yang pesat sehingga di pisahkan menjadi morfologi luar atau morfologi in sensu
strict dalam artian sempit dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mencari kekhususan bentuk, ukuran, dan warna yang diuji. (Dodi ahmad : 2008)
Morfologi
dri tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta
L) yaitu terna tegak atau memanjat, tinggi 6 cm sampai 60 cm, batang
berambut, percabangan selalu keluar dari dekat pagkal batang dan tumbuh lurus
keatas, jarang yang tumbuh mendatar dengan permukaan tanah, berwara merah atau
keuguan. Daun letaknya berlawanan dan berbentuk jorong meruncing sampai tumpul,
panjang helai daun 5 mm sampai 50 cm, lebar 5 mm. lebar 5 mm sampai 25 mm, tepi
bergerigi, sering kali terdapatnoda yang berwarna ungu, berambut jarang;
panjang tangkai daun 2 mm sampai 4 mm; daun penumpu berbentuk paku. Perbungaan
berbentuk bola dengan garis tengah lebih kurang 1 cm, keluar dari ketiak daun,
berganggang pendek 4 mm sampai 15 mm, berwarna dadu ucat atau merah kecoklatan.
Bunga mempunyai susunan yang istimewa yaitu satu bunga betina dikelilingi oleh
lima bunga bercabang seling,masing-masing terdiri dari empat bunga jantan, biji
sangat kecil dan berambut (MMI, 1995)
2.2.2.3
Anatomi tanaman
Pengetahuan
tentang anatomi tumbuhan adalah ilmu yang merangkum uraian organ, susunan,
bagian atau fungsi dari organ tumbuhan itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk
mencari unsur-unsur anatomi serta fragmen pengenal jaringan serbuk yang khas
guna mengetahui jenis-jenis simplisia yang diuji berupa sayatan melintang,
membujur, atau serbuk (Dodi ahmad :
2008).
2.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
Getah
Patikan Kebo mengandung euforbon (zat yang menyebab-kan gatal-gatal pada kulit,
bagi yang tidak tahan). Herba kering mengandung asam galat, quersetin,
triakontan, fitosterol, fitosterolin, jambulol, melisat, gallat, palmitat,
linoliat, asam oleat, asam ellagat, senyawa fenolik C28H18O15 dan eufosteriol
C25H39OH. Juga dilaporkan mengandung tarakserol t.l. 275-2770C dan tarakseron
t.l. 237-2380C. (Didik
Gunawan, 1998 )
Xantorhamnin (7-metilquersetin-3-rhamni-nosida-C34H42O20)
adalah kristal kuning t.l 1950C, larut dalam air dan alkohol, praktis tidak
larut dalam eter, benzena, karbon disulfida. Ketika dipanaskan dalam larutan
asam sulfat 1% selama 0,5 jam akan terurai menjadi aglikon rhamnetin dan 2 mol.
L-rhamnose. Namun bila dihidrolisis dengan enzim rhamnodiastase akan terurai
menjadi rhamnetin dan rhamninose. (Cat : senyawa ini juga terkandung dalam
tanaman Rhamnus infectoria L.)
Pada jenis lain (Euphorbia peplus) ditemukan
b-Sitosterol 0,1%, senyawa sterol (belum teridentifisir, 0,005% dengan jarak
lebur 204-2050C), triterpenoid (belum teridentifisir 0,05%, dengan jarak lebur
280-2810C) quercetin 0,16% hyperoside 0,23% kaemferol monosakarida 0,36%.
Akar Euphorbia calyptrata ditemukan: eufol
(triterpenoid), kadusifolin (diterpen laktonej), ingenol-3-heksadekanoat
(diterpen), helioskopinolidas D dan E, helioskopinolidas A dan C.9) Pada jenis
lain (Euphorbia sieboldiana)
ditemukan golongan senyawa diterpen entatisan-3,16, 17-triol, helioskopinolida
A (3-O-asetil-ent-atisan-16, 17-diol), ingenol-20-palmitat
2.2.2.5
Pemeriksaan mutu dan Standarisasi
Identifikasi, meliputi pemeriksaan:
a. Organoleptik, yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa bahan/simplisia.
b. Makroskopik, yaiu memuat uraian makroskopik paparan mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang
patahan/irisan
c. Mikroskopik, yaitu membuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia,
fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai:
1) jaringan pada batang, akar, dan daun, terdiri dari:
a. Jaringan primer (epidermis, corteks,
endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat dan empelur).
b. Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan
ritidom).
c. Perubahan susunan silinder pusat atau
pertumbuhan sekunder.
2) Jaringan pada daun,
terdiri dari :
a. Tipe stomata.
b. Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut
kelenjar).
3) Jaringan pada daun,
batang, dan akar terdiri dari :
a. Tipe idioblas,
b. Tipe sel sklerenkim.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
standarisasi obat fitokimia Indonesia adalah budidaya karena mempunyai kolerasi
dengan kandungan zat berkhasiat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan kimia
dari gandarusa. (Amin,Asni.2010)
2.3
Tinjauan Tentang Simplisia
2.3.1 Pengertian Simplisia
Pengertian
simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan
untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan
lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI
:1989).
2.3.2 Penggolongan
Simplisia
Simplisia
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia
nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri
Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman
dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia
hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan
(Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia
pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).
2.3.3 Cara Pembuatan
Simplisia
a.
Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan
tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan
kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya
bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen
dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus
segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-jang,
kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak
menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan
supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan
terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari
gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
b.
Penanganan
Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an
dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam
yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak
dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan
tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses
panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting
diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi
pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung
tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman
obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual
yang tinggi.
c. Penyortiran (segar)
Penyortiran
segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau
bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik
memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses
penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang
muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa
dalam bahan.
d. Pencucian
Pencucian
bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang
melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen karena dapat
mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari
mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah
mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat
pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor
ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa
pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari
larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain.
Ø
Perendaman bertingkat
Perendamana
biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti
daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan beberapa kali
pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya mengandung
kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat
pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan
menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam bahan.
Ø
Penyemprotan
Penyemprotan
biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti
rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan de-ngan
menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan
bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan
tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat
mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
Ø
Penyikatan (manual maupun
oto-matis)
Pencucian
dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan
kotoran-nya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat
yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu
diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan
terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya.
Pem-bilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat
menghasilkan bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian
lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang
tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme.
Ø Perajangan
Perajangan
pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan,
pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan
biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak
seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan
tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas
simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif
yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka
pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama
dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh
jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8 mm,
jahe, kunyit dan kencur 3 - 5 mm. Perajangan bahan dapat dilakukan secara
manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin
pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian.
Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya
adalah membujur (split)
dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
e. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara
pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air,
sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat
dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam
waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam
bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 600C
dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung
kadar air 10%. Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi,
tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu
ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan
adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari),
kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk).
Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar
matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti
oven, rak pengering, blower
ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan
hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari, oven, blower
dan fresh dryer
pada suhu 30 - 500C. Pengeringan pada suhu terlalu tinggi
dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan
rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi surya,
dimana suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 - 450C
dengan tingkat kelembaban 32,8 - 53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih
tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung maupun oven.
Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum
dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3%
selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih,
ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman
adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada
saat penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari
hasil analisis diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di
samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat dilakukan
dengan menggunakan blower
pada suhu 40 - 500C. Kelebihan dari alat ini adalah
waktu penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan
sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis
pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama
dengan suhu ruang, tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat
ter-sebut waktu pengeringan selama 3 hari. Untuk daun atau herba,
penge-ringan dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah
yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer atau cukup
dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat
di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering
memiliki kadar air ± 8 - 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan
bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.
f. Penyortiran (kering).
Penyortiran
dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada
simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing
lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan
simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan
lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen
hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
g. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia
yang sudah di-keringkan. Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa
plastik, kertas maupun karung goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat
menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan,
dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi
dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan
label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama
bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.
h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat
di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang
tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi.
Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas.
Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan
jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat (Berlinda
dkk, 1998). Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia
selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang
harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal
yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
a. Gudang harus terpisah dari
tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan
baik.
b. Ventilasi udara cukup baik dan
bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air hujan.
c. Suhu gudang tidak melebihi 300C.
d. Kelembabab udara sebaiknya
di-usahakan serendah mungkin (650 C) untuk mencegah terjadinya
penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan
mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun
kering.
e. Masuknya sinar matahari
lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
f. Masuknya hewan, baik serangga
maupun tikus yang sering me-makan simplisia yang disimpan harus dicegah. (Anonim : 2009)
2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Dilakukan pengujian dengan cara organoleptis yaitu bau,rasa dan
warna serta pengujian kandungan kimia yang terdapat pada tanaman gendola
dengan pereaksi feCl3, KOH, iodine,
alkaloid,mayer bouchardat, Lieberman melihat ada tidaknya pati eleuron, tannin,
saponin, lignin yang terkandung didalam tanaman Patikan Kebo tersebut.
2.4 Identifikasi Kandungan
Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi
2.4.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
Patikan Kebo termasuk dalam bangsa Euphorbiales. Euphorbiales meliputi terna
atau tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun tunggal atau majemuk yang duduknya
berhadap-hadapan, kebanyakan mempunyai daun menumpu. Bunga tanpa hiasan bunga
atau dengan hiasan bunga tunggal, jarang terdapat kelopak dan mahkota, sering
kali dalam bunga majemuk yang mempunyai susunan yang khusus,kebanyakan
aktinomorf, hamper selalu berkelamin tunggal. Bakal buah biasanya terdiri atas
3 daun buah (jarang sekali kurang atau lebih) yang berdekatan membentuk 3
ruang,tiap ruang dengan 1-2 bakal biji.
Bangsa
ini mencakup beberapa suku yang oleh sementara ahli dimasukkan dalam bangsa
lain atau merupakan bangsa tersendiri. Sedangkan patikan kebo termasuk dalam suku
Euphorbiaceae.
Suku Euphorbiaceae terutama terdiri
atas tumbuhan-tumbuhan berkayu, tetapi termasuk pula didalamnya terna. Karena
adaptasi terhadap lingkungannya daun tunggal atau majemuk, duduknya tersebar
atau berhadapan, dengan daun-daun penumpu yang serim kadang-kadang mempunyai
habitus seperti Cactaceae, ada pula yang mempunyai filokladium. daun tunggal
atau majemuk, duduknya tersebar atau berhadapan, dengan daun-daun penumpu yang
sering kali menyerupai kelenjar-kelenjar. Bunga hampir selalu berkelamin
tunggal, berumah satu atau dua dengan bentuk dan susunan beraneka rupa, ada
yang tanpa hiasan bunga, dengan hiasan bunga rangkap atau tunggal, biasanya
berangkai dalam bunga majemuk yang berganda.
Dalam
suku ini terdapat suatu susunan bunga majemuk yang khas yang memberikan kesan
seakan-akan merupakan bunga tunggal yang disebut siatium.
Bunga
♂ dengan benang sari yang sama jumlahnya
dengan daun-daun hiasan bunga dapat pula urang atau lebih. Bunga ♀ dengan putik yang terdiri atas 3 daun buah
dengan 3 tangkai putik yang bebas atau berlekatan, bakal buah menumpang,
beruang 3, tiap ruang dengan 1 bakal biji yang diatas mikropilnya mempunyai
jaringan tambahan yang disebut karunkula. Buahnya biasanya buah kendaga yang
kalau masak pecah menjadi 3 bagian buah, ada pula yang berupa buah buni dan
buah batu. Biji dengan endosterm yang besar, lembaga letaknya sentral.
Hampir semua
bagian tubuh tumbuhan dalam suku ini mengandung getah yang terdapat dalam
saluran-saluran getah yang anya dapat terdiri atas 1 sel saja (satu senosit)
yang panjang dan bercabang-cabang serta bersambungan satu sama lain
(anastomosern), dapat pula merupakan fusi banyak sel (seperti buluh-buluh
pengangkutan).
Suatu suku
yang besar mencakup tidak kurangdari 7200 jenis yang terbagi dalam kurang lebih
300 marga terutama tersebar didaerah tropika.
2.4.2 Kegunaan
Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
Kandungan kimia yang sudah diketahui dari
patikan kebo antara lain, taraxerol, friedlin, beta amyrin, betasitesterol, beta
eufol, euforbol, triterpenoid, tirukalol, eufosterol, hentriacontane,
flavonoid, tanin, elagic acid,. Dan berdasarkan catatan hasil penelitian dan
pengalaman diberbagai daerah dan penyakit negara, tanaman ini dapat mengobati
disentri, melancarkan kencing, mengobati abses paru, bronkitis kronis, abses
payudara, typus abdominalis, radang ginjal, radang tenggorokan, asma dan radang
kelenjar susu atau payudara bengkak (Didik Gunawan dkk, 1998).
2.4.3 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia
Simplisia
a.
Reaksi warna
Reaksi warna dilakukan terhadap hasil
penyaringan zat berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung
terhadap irisan serbuk simplisia. : (Anonim. 2009)
1. Lignin
Lignin adalah suatu uji warna yang bermaksud mengetahui
kandungan lingnin (zat kayu) yang terkandung pada tanaman, Basahi irisan atau
serbuk dengan larutan floroglusin P, amati dalam asam klorida P, dinding sel
berwarna merah.
2. Pati
dan Aleuron
Pati dan Aleuron adalah
polisakarida yang melimpah setelah selulosa, berfungsi sebagai penyimpan
energi, Sekitar 20% dari pati adalah amilosa (larut) dan 80 % amilopektin .
Pati dan aleuron banyak terdapat pada padi-padian, kentang dan jagung, Untuk
menentukan adanya pati atau aleuron ditambahkan pereaksi Iodium 0,1 N pada
bahan yang akan diperiksa , pati berwarna biru, dan aleuron berwarna kuning
coklat sampai coklat.
3. Suberin, kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
Suberin merupakan senyawa
pelindung pada tanaman. Metabolit primernya adalah senyawa dekarboksilat yang
banyak dijumpai pada akar sebagai pelindung pada pita kasparin.Sedangkan kutin
adalah rantai panjang dari asam lemak yang saling membentuk ester berstruktur 3
dimensi yang kaku.
Minyak menguap adalah substansi yang menimbulkan bau khas dan
dapat menguap pada temperatur biasa. Minyak lemak adalah sekelompok besar dari
senyawa minyak alam yang tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut
organik. Untuk menentukan adanya minyak menguap bahan yang akan diperiksa
diletakkan di atas kaca objek , tambahkan beberapa tetes sudan III LP, bahan
dapat dijernihkan dengan klorohidrat, kecuali bahan yang mengandung minyak
atsiri. Uji adanya sterol dilakukan dengan reaksi LIebermen Bouchard : 10 tetes
minyak lemak dan dilarutkan dalam 5 ml kloroform, campur dan amati warna yang
terjadi.
4.
Selulosa
Selulosa Merupakan glukosa yang
banyak terdapat dalamztumbuhan.Zat ini merupakan konstituen pokok pada tiap
dinding sel. Untuk menentukan adanya selulosa bahan ditambahkan larutan seng
(II) klorida beriodium, memberikan warna ungu merah.
5. Zat samak / tannin
Zat tamak / tannin merupakan suatu senyawa glukosida
yang majemuk. Zat ini banyak terdapat pada kulit bakau, trengguli, juga pinang
dan gambir.Untuk menentukan tannin, Bahan ditambahkan besi (III) ammonium
sulfat P ethan telah diencerkan 5 kali,
zat samak dan senyawa tanat lainnya berwarna hijau atau biru sampai hitam.
6. Katekol
Katekol merupakan turunan hasil hidrolisa asam gallant
dengan garam ferri yang berwarna hijau, Letakkan bahan atau serbuk di atas kaca
objek ditambahkan larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol 90 %
P, kemudian dalam asam klorida P, bagian yang mengandung turunan katekol
berwarna merah intensif.
7. Dioksiantrakinon bebas
Dioksiantrakinon bebas adalah Senyawa-senyawa ini banyak terdapat dalam
bentuk bebas dan berbeda-beda, serta derajat oksidasi yang berbeda pula,
seperti antron, oksantron, dan autrano, Serbuk dalam tabung reaksi ditambahkan kalium hidroksida etanol LP, warna merah
8. Fenol
Fenol Merupakan senyawa pelindung dalam tanaman, dan juga
adalah metabolit sekunder yang dapat disintesis dalam jalur sikinat. Senyawa
ini dapat ,mempengaruhi tanaman dengan menghambat pertumbuhannya. Fenol dapat
ditentukan dengan reaksi
Mikrosublimasiyaitu serbuk sampel
dalam vial dilarutkan dengan air, dan ditutupi dengan objek gelas dan di
atas objek gelas diberi kapas, dipanaskan hingga menyublim.
a. Hasil mikrosublimasi
tambahkan fosfomolibdat asam sulfat
LP, terjadi warna biru.
b. Hasil mikrosublimasi tambahkan asam diazobensulfonat LP,
terjadi warna biru
c. Ekstrak
methanol ditambahkan :
Ø Larutan besi (III) klorida 1 %, terbentuk warna ungu biru
Ø Pereaksi Millon, terbentuk warna merah ungu
Ø Pereaksi indofenol, terbentuk warna hijau biru yang stabil
9.
Saponin
Saponon Merupakan segolongan
senyawa glikosida yang berstruktur seperti asteroid dan memiliki sifat-sifat
khas yang dapat membentuk koloidal dan membuih bila dikocok serta dapat
mengoksidasi butir-butir darah merah, Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa
dalam tabung reaksi tambahkan 10 ml air panas, diinginkan kemudian kocok kuat
selama 10 detik, terbentuk buih yang mantap selama 10 menit setinggi 1-10 cm,
dan penambahan 1 tetes asam hidroklorida 2N, buih hilang.
10.Flavanoid
Flavonoid
Merupakan turunan dari plavon, isoplavon, flavanol, dan flavanon. Senyawa ini
tidak berwarna, mempunyai gugus hidroksi, dan terdapat dialam dalam keadaan
bebas, Sari 0,5 g serbuk diperiksa dengan 10 ml methanol dengan alat pendingin
balik selama 10 menit, saring panas, encerkan filtrate dengan 10 ml air,
setelah dingin tambahkan 5 ml eter minyak tanah P, kocok hati-hati, diamkan Ambil
lapisan methanol , uapkan pada suhu > 40 0 di bawah tekanan.
11. Karbohidrat
Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon,
hydrogen, oksigen yang terdapat dialam dengan rumus empiris Cn(H2O)n.
Karbohidrat adalah salah satu senyawa makromolekul alam yang banyak ditemukan
dalam tanaman dan hewan, Menggunakan ekstrak etanol + air 2 ml dalam cawan
porselin , diuapkan, tambahkan 2-3 tetes asam sulfat P, diamkan selama 4 menit,
tambahkan pereaksi molish, terjadi warna
merah.
12. Glikosida antrakinon
Glikosida antrakinon merupakan Senyawa yang
dimanfaatkan sebagai zat aktif dalam obat pencahar. Glikosida yang digunakan
dalam obat tersebut, adalah turunan autrason atau antarkinon sebagai glikolnya.
13. Steroid
Steroid adalah sekumpulan lipid yang banyak dijumpai
dalam tumbuhan dan hewan. Senyawa ini tidak tersabunkan, karena tidak dapat
terhidrolisis dalam media basa berbeda dengan kompleks trigliserida dan lipid
kompleks Ekstrak methanol kering disuspensikan dengan air, kemudian ditambahkan eter, ulangi sampai heksan atau
eter tidak berwarna lagi, residu ditambah 10 ml kloroform, kocok 5 menit.
Decanter dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml NaSO4 anhidrat
selanjutnya disaring. Filtrat ditambahkan pereaksi libermen bouchardt
b.
Reaksi Pengendapan
Alkaloid Merupakan senyawa organic yang mengandung unsure
nitrogen dan bersifat basa. Senyawa ini
dijumpai pada golongan tanaman leguminosae, rubiaceae, ladoceae,dan liliaceae.
Timbang 500 mg serbuk
simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas penangas
air selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan masing-masing 3 tetes
filtrate pada dua kaca arloji:
a. Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk
endapan menggumpal berwarna putih
b. Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua,
terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam
c. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi
lapis tipis adalah salah satu teknik pemisahan komponen kimia dengan prinsip
adsorpsi dan partisi menggunakan lempeng
berukuran 3 x 7 cm, yang dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorben atau
disebut fase diam dan eluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase
gerak yang dapat memisahkan senyawa
kimia yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS DAN SKEMA
KERJA
3.1 Kerangka Konseptual
3.2 Hipotesis
Berdasarkan
hasil pemeriksaan farmakognostik Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) melalui pemeriksaan identifikasi kandungan kimia diduga mengandung flafonoid. Dari pemeriksaan morfologi tanaman Patikan Kebo tergolong dalam kelas
dikotil, berdaun tunggal, terletak berhadapan,
dan secara anatomi tanaman Patikan Kebo memiliki epidermis dengan tipe stomata pada daun berupa anomositik,
Terdiri dari selapis sel-sel besar berdinding tipis dan berisi butir
hijau daun. Epidermis bawah berpenonjolan berupa papil pada
penempang tangensial berbentuk polygonal dengan dinding samping lurus, kutikula
tipis. Stomata seperti pada epidermia atas, panjang 170μm sampai 200μm rambut
penutup terdiri dari 3 sel sampai 7sel, panjang 250 μm samai 630μm. Kutikula
rambut jelas berbintik. berkas pembuluh pada batang dan akar kolateral terbuka, batangnya terdapat kambium gabus pada awalnya mendalam.
BAB 4
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
4.1 Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum
4.1.1 Bahan Tanaman
Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L)
a. Akar
b.
Batang
c.
Daun
4.1.2 Bahan Kimia
a. Aquadest
b. Ammonia encer
c. Alfa naftol
d. Bauchardat P
e. Dragendrof P
f. Etanol 95 %
g. floraglusin
h. Formalin 4 %
i.
FeCl3
j.
HCl
k. Iodiun 0,5 N
l.
kloralhidrat
m. KOH
n. Metal orange
o. Molish
p. Sudan III LP
q. vanilin
4.1.3
Alat
1. Cutter
2. Deg gelas
3. Ember
4. Handscun
5. Jarum preparat
6. Korek api
7. Mikroskop
8. Objek gelas
9. Penjepit
10. Pinset
11. Pipet tetes
12. Silet gold
13. Toples
4.2 Lokasi Praktikum
Desa Bulukunyi Kecamatan Pol-Sel Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
4.3 Prosedur Praktikum
4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik
Pemeriksaaan
morfologi tumbuhan dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari akar, batang,
dan daun dari tanaman Patikan Kebo kemudian dilakukan pengambilan gambar, dan
diidentifikasi lebih lanjut berdasarkan kunci determinasi menurut literatur.
4.3.1.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Menentukan kunci determinasi
tanaman dilakukan berdasarkan bentuk morfologi melalui pendekatan hubungan
kekerabatan tanaman ( suku dan genus) kunci determinasi tanaman sebagai mana
yang dicantumkan dalam buku resmi.
4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
Mengamati dan
menggambar bentuk morfologi dari tanaman, yaitu berupa bentuk batang, daun,
akar, dan bunga.
4.3.1.1.2
Anatomi Tanaman
Pemeriksaan anatomi di Laboratorium, yaitu
anatomi akar, batang, dan daun serta mencari bentuk stomata dengan
membuat preparat setipis mungkin diatas objek glass yang ditutupi deg glass
dengan ditetesi air atau kloralhidrat, dan diamati serta digambar anatominya
dibawah mokroskop.
4.3.1.2
Pemeriksaan Simplisia
4.3.1.2.1 Pengambilan Simplisia
Dipetik sampel
yang berada didarat tepatnya didaerah Kecamatan Pol-Sel Kabupaten Takalar
dengan mengambil secara utuh dari akar, batang, daun maupun bunganya kemudian
diawetkan dan dimasukkan kedalam toples untuk dilakukan uji praktikum dilokasi
MAKASSAR untuk di amati morfologi dan anatominya pada mikroskop.
4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia
Simplisia yang telah
dikumpulkan kemudian dicuci untuk membersihkansimplisia dari kotoran atau debu
dan memisahkan tanaman itu sendiri yang tidak dikehendaki saat pencucian.Setelah
dicuci dan dibersihkan dari debu dan kotoran, sampel dipotong kecil-kecil
kemudian dikeringkan.Pengeringan yang digunakan pada percobaan ini ialah
pengeringan alamiah yakni dengan bantuan sinar matahari, atau
diangin-anginkan.Untuk bagian tanaman yang keras, seperti batang dan akar
pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari.Untuk bagian tanaman yang lunak seperti daun cukup diangin-anginkan.
4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia
a.
Organoleptis yaitu
pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang
telah dibuat, diamati warnanya, baunya apakah menyengat. Biasanya jika
menyengat berarti mengandung minyak atsiri. Kemudian diamati rasanya, apakah
sepat, manis, dan lain sebagainya.
b.
Makroskopik yaitu memuat
paparan mengenai bentuk dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya.
Misalnya untuk simplisia yang memiliki ukuran serbuk yang relatif besar dengan
warna yang berbeda-beda
c.
Mikroskopik yakni memuat
paparan anatomis mengenai fragmen pengenal serbuk simplisia.Pemeriksaan Fragmen
serbuk menggunakan mikroskop dan pada serbuk simplisia ditambahkan kloralhidrat
di atas obyek gelas, kemudian ditutup dengan deck gelas.
4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia Pada Patika Kebo (Euphorbia Hirta L)
4.3.2.1 Lignin
a. Disimpan serbuk diatas objek glass
b. Ditambahkan dengan larutan floraglusin dan
HCl pekat 1 tetes, ditutup dengan deg glass dan diamati dibawah mikroskop.
4.3.2.2 Pati & Aleuron
a. Dimasukkan serbuk
sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna biru mengandung pati dan kalau berwarna kuning coklat
mengandung aleuron.
4.3.2.3 Suberin, kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
a.
Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi
b. Ditambahka larutan Iodium
0,1 N dan kloralhidrat 1-3 tetes. Apabila berwarna jingga mengandung Suberin,
kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
c. Diamati anatominya
dibawah mikroskop
4.3.2.4 Lendir dan peptin:
a.
Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan
metil orange 1-3 tetes, apabila bewarna hijau mengandung lendir.
4.3.2.5 Selulosa
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung
reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan 2nSO4 dan Iodium
0,1 N, apabila berwarna ungu merah megandung selulosa.
4.3.2.6 Zat samak/tannin
a. Dimasukkan
serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan
dengan larutan vanillin, etanol, HCl dan FeCl3 sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna biru hitam
mengandung tannin.
4.3.2.7 Turunan katekol
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung
reaksi
b. Ditambahkan
dengan larutan (FeCl3 )
sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna hijau mengandung katekol
4.3.2.8 Dioksiantrakinon bebas
a. Dimasukkan
serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan (KOH 10% etanol) sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna
merah mengandung dioksiantrakinon
4.3.2.9 Fenol
a. Dimasukkan serbuk sampel ke
dalam vial
b. Diuapkan sampai terbentuk
sublimasi
c. Ditambahkan FeCl3 apabila berwarna biru ungu
megandung fenol.
4.3.2.10 Saponin
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung
reaksi
b.Ditambahkan air dan
dipanaskan, apabila terbentuk buih, mengandung saponin
c. Ditambahkan larutan HCl 1-3 tetes buih
tidak hilang selama 5 menit.
4.3.2.11 Flavanoid
a. Ekstrak Etanol dimasukkan kedaam tabung
rekasi,
tambahkan
larutan FeCl3 1-3 tetes, apabila berwarna merah mengandung flafonoid
b. Ekstrak Eter dimasukkan kedalam tabung
reaksi, DItambahkan dengan larutan FeCl3 1-3 tetes, apabila berwarna
merah mengandung flafonoid
c. Ekstrak n-Butanol dimasukkan kedalam
tabung reaksi, ditambahkan dengan larutan FeCl3 1-2 tetes, apabila
berwarna merah berarti mengandung flafonoid
4.3.2.12.Karbohidrat
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung
sentrivuge
b. Ditambahkan air dan dipanaskan dalam
pemanas khusus senrivuge
c. Ditambahkan dengan larutan molis, alfa
naftold dan HCl 1-3 tetes, apabila terbentuk cincin ungu mengandung karbohidrat.
4.3.2.13.Glikosida
a. Ekstrak etanol diamasukkan kedalam tabung
reaksi ditambahkan dengan larutan FeCl3 dan HCl 1-3 tetes, apabila berwarna ungu mengandung glikosida
b. Ekstrak eter dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan ditambahkan dengan larutan ammonia encer 1-3 tetes, apabila berwarna
merah lembayung mengandung glikosida
4.3.2.14 Alkaloida
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam
tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan 2 tetes bouchart P apabila terbentuk
endapan putih mengandung alkaloid dan 2 tetes dagrodorf P apabila berwarna
jingga mengandung alkaloid
BAB 5
HASIL
5.1 Identifikasi dan
Determinasi Tanaman
Determinasi Tanaman
Patikan Kebo
1b…,2b…,3b…,4b…,Euphorbiaceae
5.2 Morfologi Tanaman
a. Daun
Daunnya berbentuk jorong meruncing, tepinya bergerigi. Daunnya berbulu di
permukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50mm dan lebarnya 25mm.
Daunnya yang gampang rapuh berwarna hijau atau hijau kelabu.
b. Akar
perakaran pada Patikan Kebo (Euphorbia
Hirta L) adalah tunggang (radix primaria).
c. Batang
batang berambut, percabangan selalu keluar dan pangkal batang dan tumbuh
ke atas, warna merah atau keunguan.
d. Bunga
Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna
dadu atau merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina
dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdini atas empat bunga jantan.
5.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Pemeriksaan Mutu dari Patikan Kebo
bertujuan untuk diperoleh simplisia agar memenuhi persyaratan umum yang
ditetapkan oleh dapertemen kesehtan RI dalam buku resmi seperti MMI, farmakope
Indonesia dan ekstrak FI, sedikit asam, dan netral.
Tabel.5.5.1 Uji Organoleptiks pada gendola
Bagian Simplisia
|
Pemeriksaan
Organoleptiks
|
||
Bau
|
Rasa
|
Warna
|
|
Daun
|
Khas
|
Pahit
|
Hijau
|
Batang
|
Khas
|
Pekat
|
Hijau kecoklatan
|
Akar
|
Khas
|
Pahit, dan sepat
|
Coklat
|
Tabel . 5.5.2 Uji identifikasi kandungan Kimia
No
|
Pengujian
|
Pereaksi
|
Uji Pustaka
|
Uji identifikasi Kimia
|
Ket
|
1
|
Katexol
|
FeCl3
|
Hijau
|
Hijau kemerahan
|
+
|
2
|
Tannin
|
FeCl3 1N
|
hijau
|
hijau
|
+
|
3
|
Diaksatikonon
|
KOH %
|
Merah
|
hijau
|
-
|
4
|
Fenol
|
Fecl3
|
Ungu Biru
|
Kuning coklat
|
-
|
5
|
Alkaloid
|
HCl + mayer bouchardat
|
Endapan Putih
|
Endapan Putih
|
+
|
6
|
Pati
|
Iodine 0,1 N
|
biru
|
coklat
|
-
|
7
|
Aleuron
|
Iodine 0,1 N
|
coklat
|
coklat
|
-
|
8
|
Saponin
|
Air hangat kocok + HCl
|
Busa tidak hilang
|
Busa tidak hilang
|
+
|
9
|
Lignin
|
Floroglusin
|
Merah
|
Hijau
|
-
|
10
|
Karbohidrat
|
Air (sentrivuge) + molish + alfa naftol +Hcl
|
Cincin Ungu
|
Cincin Ungu
|
+
|
11
|
Flavonoid
|
FeCl3 + HCl P
|
Merah
|
merah
|
+
|
12
|
Glikosida
|
Ammonia encer
|
Coklat merah
|
cokelat
|
+
|
13
|
Lendir
|
Metil Orange
|
jingga
|
jingga
|
+
|
BAB 6
PEMBAHASAN
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup dimana tumbuhan ini
mempunyai jenis dan kegunaan masing-masing walaupun ada tumbuhan yang
merugikan. Tumbuhan mempunyai arti penting bagi manusia, selain mencegah
terjadinya erosi tumbuhan juga berfungsi sebagai bahan pangan bagi manusia dan
tumbuhan.
Daun Patikan Kebo merupakan tanaman budidaya yang digunakan
sebagai obat tradisional untuk obat Asma, Batuk, Bronkhitis, Disentri amuba, Herpes zoster, Pelancar ASI (obat luar), Radang ginjal, Radang usus, Eksem (obat luar), Gatat (obat luar), Sakit tenggorokan. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa patikan
kebo dapat meminimalkan perdarahan yang terjadi akibat infeksi Eimeria tenella.
Hal ini diduga karena tanaman ini mengandung beberapa zat aktif yang berperan
untuk meminimalisir perdarahan. Zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya
antara lain: flavanoida, tannin, beta amiris, asam elogik, querstrim,
diterpenoida dan triterpenoida.Flavanoida dapat menurunkan permiabilitas kapiler
darah, sehingga kerusakan kapiler darah dapat dicegah atau dapat diperbaiki,
dan nutrisi dan oksigen (untuk menunjang kesembuhan) dapat disuplai melalui
kapiler tersebut. Selain itu, flavanoid yang antithrombik dapat membentuk
sumbat thrombosit, sehingga dapat menutup robekan kecil pada pembuluh darah.
Sedang tannin berkhasiat sebagai antiseptik (mencegah pertumbuhan bakteri) dan
hemostatik (menghentikan perdarahan).
Patikan Kebo memiliki efek Anti inflamasi, hemostatic, ekspektoran, spasmolitik, diuretic, dan
antiprunitik.
Patikan kebo diekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksan dan etanol dengan cara
perkolasi. Untuk memisahkan komponen-komponen ekstrak n-heksan dan etanol
secara KLT digunakan pengembang n-heksan-etil asetat (7:3), deteksi dengan
lampu UV 254 nm dan 365 nm, serta asam sulfat pekat 10% dalam metanol.
Patikan kebo merupakan cabang-cabang
yang masih muda berwarna hijau. Daun letak
berhadapan, berupa daun tunggal yang bentuknya jorong berbulu di permukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50mm
dan lebarnya 25mm.
Pada waktu panen atau pengambilan Patikan Kebo peralatan
dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan
kering. Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya
bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Pasca panen merupakan kelanjut-an
dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam
yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak
dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan
tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses
panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting
diperhatikan kebersihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi
pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.
Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman
obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual
yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut Penyortiran (segar), Pencucian biasanya dilakukan dengan Perendaman bertingkat dan Penyemprotan serta Penyikatan (manual maupun
oto-matis), Perajangan, Pengeringan, Penyortiran (kering), Pengemasan, terakhir Penyimpanan.
Pada
percobaan ini dilakukan dengan pengujian Organoleptis yaitu pemeriksaan warna,
bau, dan rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang telah dibuat, diamati
warnanya, baunya apakah menyengat. Biasanya jika menyengat berarti mengandung
minyak atsiri. Kemudian diamati rasanya, apakah sepat, manis, dan lain
sebagainya.
Selain
organoleptis dilakukan juga Makroskopik yaitu memuat paparan mengenai bentuk
dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya. Misalnya untuk simplisia
yang memiliki ukuran serbuk yang relatif besar dengan warna yang berbeda-beda
serta pengujian Mikroskopik yakni memuat paparan anatomis, penampang melintang
simplisia, fragmen pengenal bentuk simplisia, meliputi uraian sebagai berikut :
Jaringan primer (epidermis, korteks, endodermis, caspari, perisikel, silinder
pusat dan empelur), Jaringan sekunder (periderm, felogen dan ritidom),
Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder, Adapaun Jaringan
pada daun terdiri dari tipe stomata, Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut
kelenjar).
Identifikasi kandungan kimia
Pati dan Aleuron dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna biru mengandung
pati dan kalau berwarna merah mengandung aleuron. Samak / tannin, dimasukkan
serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan Vinilin 1-3
tetes, ditambahkan etanol 1-3 tetes, ditambahkan HCl 1-3 tetes, dan FeCl3
sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna hijau mengandung tannin. Katekol dimasukkan
serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan FeCl3
sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna hijau mengandung katekol. Dioksiantrakinon
dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi Ditambahkan dengan larutan KOH
10% etanol sebanyak 1-3 tetes apabila
berwarna merah mengandung dioksiantrakinon. Fenol dimasukkan serbuk
sampel ke dalam vial, lalu ditutup dengan objek glass dan dilakukan pemanasan,
ditambahkan dengan larutan FeCl3 P sebanyak 1-3 tetes pada sublimasi, apabila
berwarna ungu biru mengandung fenol.
Steroid dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan
larutan Lieberman bouchardat sebanyak
1-3 tetes apabila berwarna merah atau merah jambu mengandung steroid,. Alkaloid dimasukkan
serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan HCl + Meyer
bouchardat sebanyak 1-3 tetes apabila
terbentuk putih mengandung alkaloid. Saat pengujian kandungan kimia Patikan
Kebo Positif mengandung Aleuron, lendir, tannin, saponin, flavonoid, dan
karbohidrat.
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Hasil pemeriksaan farmakognostik dan
identifikasi kandungan kimia tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) telah diperoleh data
dan dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan morfologi menunjukkan perakaran
pada Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) adalah tunggang (radix primaria), daun berbentuk bulat
dengan ujung daun meruncing (acuminatus) dan tepi daunnya rata (integer) sedangkan bentuk batangnya
bulat (teres) dan basa.
2. Pada pemeriksaan anatomi didapatkan bahwa
bentuk stomata dari tmbuhan Patikan Kebo (Euphorbia
Hirta L) adalah anomositik dan tipe berkas pembuluhnya yaitu koletral terbuka (floem bertempat di sebelah luar xilem).
7.2 Saran
Saran saya agar pengadaan PKL yaitu pengambilan sampel baik dipantai
ataupun didarat agar selalu dapat pantauan
dari asisten agar sampel yang didapat tidak mengalami kesamaan, serta
cara pengambilan, pencucian dan penyimpanan sampel dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin., A.,dkk, 2009. Penuntun
Praktikum Edisi Revisi Farmakognosi I.
Universitas Muslim
Indonesia. Makassar.
Departemen kesehatan RI, 1995. Materia Medika
Indonesia. Jilid IV, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Dodi ahamad fauzi,2008, manfaat tanaman obat,EDSA Mahkota ;
Jakarta
Fauziah, Muhlisah.,2007., Tanaman Obat Keluarga.,Swadaya., Jakarta
Gunawan, Didik dkk.,2004., Ilmu
Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I., Penebar Swadaya., Jakarta.
Hariana, Arief., 2006., Tumbuhan
Obat dan Khasiatnya Seri 2., Penebar Swadaya., Jakarta.
Hidayat, Estiti., 1995., Anatomi Tumbuhan Berbiji., ITB Press.,
Bandung
Steenis,Van dkk., 2006., Flora., Pradnya Paramita., Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi
Tumbuhan., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta
http://Tousid.multiply.com?photos/albums/36/gandarussa
hhtp://www.iptek.net.id/ind/pd_tanamanobat/
http://id.wiki.anatomigendola org/wikipedia/20nov2009
http://
www.indonesia herbal-Blogspot.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar